Minggu, Maret 02, 2008

Sisi Lain Perayaan 4 Tahun Radar Tasikmalaya

Dari GM Hingga Wartawan Jualan Koran di Stopan

General Manager Radar Tasikmalaya Dadan Alisundana ditemani Acep Aryana (Pimpinan Perusahaan), Radi Nurcahya (manager iklan) dan Khumaedi berjualan koran di Perempatan Jalan Doktor Sukardjo (Dokar)


Tanggal 1 Maret 2008, Radar Tasikmalaya genap berusia 4 tahun. Tradisi menyambut ulang tahun itu, kemarin seluruh karyawan dan wartawan turun ke jalan jualan koran. Layaknya pengecer asli, mereka menawari setiap pengendara mobil, sepeda motor di setiap yang berhenti di lampu stopan. Ada yang laku banyak, namun ada juga yang nihil.
***

Sekitar pukul 06.00, awak redaksi, iklan, promosi dan tentunya pemasaran, siap-siap menenteng koran terbitan hari Sabtu (1/3). Ada yang bawa lima, enam, atau sepuluh eksemplar. Penjual koran dadakan ini disebar di beberapa titik secara berkelompok.

Perempatan Mitrabatik, posnya Redaktur Pelaksana Ruslan Caxra nongkrong bersama Anep Paoji dan Farid Assifa. Di pertigaan Cimulu, jadi pilihan Manager Pemasaran Agustiana dan Tina Agustina. Perempatan Dokar jadi areanya General Manager Radar Tasikmalaya Dadan Alisundana ditemani Acep Aryana (Pimpinan Perusahaan), Radi Nurcahya (manager iklan) dan Khumaedi.

Simpangan Jalan Tentara Pelajar-Jalan Rumah Sakit, Midi Tawang bersama Husni Mubarok, Mahendra serta Charles Bale. Perempatan Padayungan, Hendar duet dengan Teten Jamaludin. Di perempatan Alun-alun Tasikmalaya Abdul Haris, Faisal, Sona, Fahrul. Lalu perempatan Masjid Agung Tiko Heryanto dan Juli. Gunung Sabeulah Dadang AR, Dede Mulyadi dan Iman SR. Di Perempatan Sutsen, Bambang, Jamal Affandi, Dede Supriadi dan Maman.

Teten yang berpasangan dengan Hendara, girang saat mampu menjual koran 23 eksemplar. Juga kelompok Dede Supriadi di Perempatan Sutsen yang menghabiskan seluruh koran yang dibawa pengecer yang biasa mangkal di lokasi itu. Ruslan Caxra mengaku plong ketika 6 eksemplar koran yang ditentangnya ada yang beli.

Teten, mengaku, sebelumnya sedikit ragu, apakah koran hari itu akan terjual atau tidak. Namun dengan semangat empat limanya, wartawan Ciamis bersama Hendra wartawan Metropolis ini, menghabiskan 23 eksemplar. Itu pun kata pria bujangan berkacamata ini, setelah sebelumnya membantu pengecer di perempatan Padayungan, Mahpudin. “Dalam pikiran saya, sedikit ragu. Apakah akan laku atau tidak. Namun tak apa-apa, saya coba, sambil menguji mental,” katanya.

Setibanya di perempatan Padayungan, Teten dan Hendara menyebar, tidak dalam satu titik. Hendra menenteng di arah Jalan Siliwangi dan Teten dari Arah Jalan SL Tobing. Sedangkan Mahfudin mangkal dari arah Padayungan. “Saya menawarkan kepada setiap pengendara. Koran-koran. Korannya Pak,” kata Teten mengulang tawarannya saat jualan.

Namun di sela-sela menawarkan kisah Teten, tiba-tiba ada yang menyapa dari sebuah mobil Carry. “Naha geuning ayeuna mah di jalan. Mani kersaan,” kata Teten menirukan orang dalam mobil itu. Namun dia tidak mengetahui siapa yang menyapa. “Sambil ngaladangan dan mengembalikan uang Rp500, saya jelaskan, kegiatan ini dalam rangka ulang tahun Radar Tasikmalaya ke 4. Saya tidak tahu orang itu. Mungkin dia sering melihat saya saat meliput kegiatan pada di berbagai even,” kata Teten.

Cerita lain kata Teten, ia sempat dikira calon karyawan magang. Saat itu, ia menawarkan koran kepada salah seorang polisi yang bertugas di sana. Teten juga pernah dikira calon penumpang. Beberapa angkot 010 sempat menawarinya. “Mungkin mereka mengira, saya nunggu angkot karena saya bersepatu, juga nenteng komunikator di pinggang,” katanya.

Lain Teten, lain yang dialami kelompok Dede Supriadi di perempatan Sutisna Senjaya. Dede tiba-tiba ditelepon oleh R Hasan Romada manajer PT PLN UPJ Banjar Kota. “Ada acara apa, semua kru Radar turun ke jalan, jualan koran,” kata Dede menirukan pertanyaan Hasan melalui telepon itu.

Rupanya, Hasan sedang berhenti di stopan dan melihat banyak kru Radar sedang jualan. “Saya jelaskan, ini lagi ada acara ualang tahun Radar Tasikmalaya, sudah tradisi setiap tahun menjual koran,” kata Dede dalam teleponnya. “Wah hebat, pantesan Radar hampir ada di sepanjang jalan,” ungkap Dede menirukan. “Ya udah, sukses,” kata Dede menirukan kembali ungkapan Hasan di ujung telepon. Lampu merah bergenti hijau, kendaraan pun laju kembali.

Hal serupa dialami kelompok Ruslan Caxra yang betiga bersama Anep Paoji dan Farid Assifa menjual di Perampatan Mitra Batik. Anep menunjukkan koran ber-headline “Tarif Listrik Progresif Diberlakukan” kepada pengendara mobil sedan. Pengendara sedan itu melambaikan tangan. “Eh ternyata Demi Hamzah. Anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Ayo beli kata Saya. Demi bilang, ia tadi juga mau beli. Ni 1000. Eh 1500 dong, kata saya. Demi pun memberikan uang Rp2000,” terangnya menirukan saat jualan koran.

Ia juga bertemu dengan anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya dari PKS, Ucu Dewi Syarifah. Saat menunjukkan koran kepada pengendara lain, ia disapa Ucu yang dibonceng suaminya. “Kok sekarang mah turun ke jalan. Saya jelaskan, ini sedang ulang tahun Radar. Semua awak harus turun, jualan koran. Ia juga akan membeli. Namun saya berikan saja korannya, karena lampu sudah hijau,” kisah dia menjelaskan saat koran keduanya terjual.

Lain lagi dialami Juli yang jualan bersama Tiko Heryanto di perempatan masjid agung. Saat koran ada yang mau beli, malah Juli teriak-teriak. Sambil memegang uang Rp5.000, ia manggil-manggil Tiko, minta kembalian. “Akhirnya ia malah jadi perhatian pengendara, karena teriak-teriak sambil pegang uang,” terang Tiko.

Tentu saja, itu hanya sekelumit cerita yang dialami para pengecer koran dadakan. Memang, setiap hal yang baru selalu diwarnai cerita menarik. (red)





1 komentar:

  1. Jadi loper koran ya kang?hehe...
    Salam dari kawan2 di Radar Utara..

    BalasHapus