Sabtu, September 05, 2009

Kawah Gunung Galunggung Retak

Akibat Gempa, Khawatir Longsor
TASIK– Gempa tektonik berkekuatan 7,3 skala richter Selasa (2/9), berdampak pada pergerakan tanah di bibir kawah Gunung Galunggung. Akibatnya bibir kawah Galunggung retak. Pos Pengamatan Gunung Api Galunggung Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang berada di Kecamatan Padakembang, menemukan retakan tanah sepanjang 350 meter dan lebar 0,5 sentimeter melingkar di bibir kawah. Kondisi tersebut rentan memicu longsoran tanah, jika retakan terisi air hujan.

Anggota pengamat Gunung api Galunggung, Ucu Insan Kamil mengaku mengetahui kejadian tersebut dari laporan warga setempat. Namun, untuk memastikan potensi gerakan tanah di bibir kawah serta adanya potensi longsor, kata Ucu, harus dipastikan melalui penelitian lebih lanjut dari tim ahli peneliti pergerakan tanah Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Provinsi Jawa Barat. “Kemungkinan (penelitian) akan dilakukan satu atau dua hari kedepan,” ungkapnya kepada Radar, tadi malam.

Menurut Ucu, retakan tanah tersebut baru muncul setelah gempa. Pasalnya dari data terakhir pengamatan rutin oleh tim pengamatan Gunung Api Galunggung Minggu lalu, retakan tersebut tidak terlihat.
Apakah retakan itu bisa menyebabkan longsoran tanah ke objek wisata di bawahnya? Ucu mengatakan longsoran tanah akan jatuh ke kawah. Sebab, bibir kawah memiliki sudut kemiringan lebih curam daripada punggungnya. “Namun jika longsoran tanah jatuh ke danau dan menutup inlete (saluran pembuangan air, red), bisa menyebabkan gelombang air besar seperti peristiwa Situ Gintung. Gelombang tersebut mengalir ke Sungai Cikunir dan Cibanjaran,” ungkap Ucu.

Mengantisipasi adanya hal-hal yang tidak diinginkan, Pos pengamatan Gunung Api Galunggung menyarankan agar pemerintah menutup sementara akses pengunjung dan masyarakat ke kawah. Apalagi, sejak satu bulan terakhir, gempa vulkanik di Gunung Galunggung terus terjadi. Yakni satu kali berturut-turut pada Sabtu (1/8), Minggu (2/8), Senin (10/8) dan Selasa (11/8). Kemudian tiga kali pada Sabtu (15/8) dan berturut-turut satu kali pada Rabu (19/8), Sabtu (22/8), Senin (24 dan 31/8), dan satu kali pada Selasa (1/9). “Gunung Api Galunggung masih berstatus aktif normal,” pungkas Ucu.

Secara terpisah, aktivis lingkungan Dzulfakor, Usep menyatakan sempat berdialog dengan para kepala desa se-Kecamatan Padakembang membahas kodisi Gunung Galunggung saat ini. Menurut Usep, adanya retakan tanah di bibir kawah tak lepas dari aksi ekploitasi pasir di kawasan Cipanas Galunggung. Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya belum pernah bersuara tentang kondisi di Galunggung. “Seharusnya ada keputusan pelarangan ekploitasi di Galunggung seperti pasir,” ungkapnya.

Hal sama juga diungkapkan aktivis lingkungan Dzulfakor lainnnya, Abu. Menurutnya, jika retakan tanah terus membesar ketika hujan turun, bibir kawah bisa jebol. Luapan air kawah dan longsoran tanah dari bibir kawah setidaknya bisa menyapu dua desa terdekat, yakni Desa Linggajati dan Sinagar.
“Dalam waktu dekat kami berencana menggelar dialog dengan masyaralat Kecamatan Sukaratu tentang kondisi dan dampak kerusakan di Galunggung,” ungkap abu. (rip)

Bantuan Jangan Hanya Makanan

Banyak Daerah Bencana Belum Terpantau
TASIK—Bantuan untuk korban bencana gempa jangan hanya berupa makanan. Korban juga memerlukan tenda, pakaian, selimut dan obat-obatan. Misalnya korban gempa di Kecamatan Bojonggambir. Camat Bojonggambir Drs Agus Salim menyebutkan akibat gempa berkekuatan 7,3 skala richter pada Rabu (2/9), kerusakan rumah hampir merata di 10 desa. Kerusakan terparah terjadi Kampung Kertasari Desa Padangkamulyan.

Di lokasi itu diketahui puluhan rumah rusak berat dan ringan. Warga setempat secara gotong royong mulai membersihakan puing-puing rumah yang luluh lantah itu. Agus mengakui korban gempa sudah menerima bantuan tanggap darurat dari Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, yakni berupa 15 karung beras, alat dapur dan 10 tikar. Bantuan tersebut segera disalurkan ke lokasi bencana.

Namun menurut Agus, bantuan jangan hanya makanan atau mi instan. Korban, kata dia, juga memerlukan bantuan lainnya seperti tenda, selimut, pakaian dan obat-obatan. “Bantuan tenda masih diperlukan, masih banyak warga yang tidur di teras rumah, karena takut adanya gempa susulan,” ungkapnya.
Hal sama diungkapkan Camat Cisayong Husna Rosyid. Menurutnya, bantuan tanggap darurat dari Pemkab Tasikmalaya sudah sampai di lokasi korban bencana. Namun, bantuan yang ada dianggap terlalu monoton, yakni didominasi beras dan mi instan. Padahal, kata Husna, warga juga memerlukan bantuan lainnya, seperti obat-obatan, peralatan mandi, dan pakaian. “Selain itu juga memerlukan bantuan tenda. Saat ini baru ada dua tenda di Desa Sukasetia. Padahal ada 12 desa lain yang juga butuh tenda,” paparnya.

Sementara itu, Kepala Desa Mekarwangi Oneng mengatakan di daerahnya terdapat 67 rumah rusak berat dan hancur sehingga tidak layak huni. Sedangkan warga yang tidur di luar rumah sebanyak 143 kepala keluarga (KK). Sementara tenda untuk pengungsi minim. Selain itu bantuan makanan, pakaian, selimut dan obat-obatan juga hingga kini belum diterima. “Mungkin karena daerah kami berada di lintasan jalan provinsi sehingga tak terpantau,” keluh Oneng.

Camat Cibalong Safari Agustin juga menyatakan bahwa masyarakatnya membutuhkan bantuan tenda. Pasca-gempa, warga hanya bisa tidur di teras rumah, karena masih khawatir adanya gempa susulan. Safari menyebutkan, jumlah rumah yang rusak berat di Cibalong mencapai 299 unit, rusak sedang 563 unit dan rusak ringan 1.087.

Demikian juga pengungsi di Sukanegara Kepunduhan Sukamulya Desa Mandalasari Kecamatan Puspahiyang belum mendapat perhatian. Sekitar 65 kepala keluarga masih tinggal di tenda darurat. Pasalnya, sebagian besar rumah mereka rusak berat akibat gempa.

Menurut KH Hasan Safari, tokoh masyarakat sekaligus pembina umat di Masjid Jami Al-Ihsan, Sukanegara, pengungsi mulai sakit-sakitan. “Baru dua hari mereka tinggal di tenda darurat sejak gempa. Saat ini kondisi mereka (pengungsi, red) mulai sakit-sakitan,” ungkapnya pada Radar melalui sambungan telepon tadi malam.
Lanjut Hasan, warga belum berani kembali ke rumah mereka. “Karena setelah gempa, warga masih khawatir. Pasalnya kondisi tanah labil. Banyak retakan tanah yang sewaktu-waktu bisa jebol. Kami khawatir jika musim hujan tiba, tanah longsor,” jelasnya.

Diakui Hasan, yang paling dibutuhkan pengungsi saat ini adalah obat-obatan, makanan dan pakaian hangat. “Karena ada beberapa yang sakit. Memang dari desa dan kecamatan sudah memantau. Tapi kondisi pengungsi tidak bisa menunggu prosedur bantuan. Kami sangat membutuhkan bantuan secepatnya. Saya khawatir akan kondisi pengungsi,” tandasnya.

Sedangkan di Kecamatan Cibalong ratusan korban gempa Desa Wakaf Kecamatan mulai menderita kedinginan. Sebab, guyuran hujan yang mendera wilayah ini membuat tenda-tenda pengungsian mereka basah kuyup. Sementara, hembusan angin malam yang dingin membuat para pengungsi mulai kedinginan akut. Para pengungsi ini tersebar di beberapa titik pengungsian. Antara lain di sekitar Kampung Kubang Jaya dan Puspa. Desa Wakaf tercatat sebagai salah satu desa terparah di wilayah Tasikmalaya Selatan, akibat gempa Rabu (2/9). Yakni terdapat 142 KK atau sekitar 500 jiwa kini tinggal di kamp-kamp pengungsian akibat rumah mereka hancur. Herannya, para korban sekolah luput dari perhatian pemerintah.

“Kami memang kurang diperhatikan. Mungkin pemerintah menganggap daerah kami tak ada yang parah. Padahal kalau pemerintah menengok daerah ini, kondisinya tak jauh berbeda dari pusat-pusat gempa di lokasi lain,” keluh Haris Somantri SSos, kades Wakaf di lokasi pengungsian, kemarin.

Dia menjelaskan, sekitar 142 bangunan hancur total dan sekitar 312 rusak ringan. Termasuk di antaranya 34 sarana umum seperti masjid dan gedung sekolah. Dia juga menyebut, balai desanya juga hancur total, sehingga para staf desa kini tak bisa lagi mengantor. Jika diangkakan, desa ini menelan kerugian sekitar Rp4,3 miliar. Musibah ini tercatat paling parah di Kecamatan Bantarkalong. “Kita masih butuh banyak tenda, sekitar 10 buah lagi. Soalnya yang ada sekarang hanya sekitar 7 tenda belum cukup menampung pengungsi,” katanya.

Sementara itu, Yoga (47) salah seorang pengungsi mengaku kehilangan harta bendanya hingga senilai Rp150 juta lebih. Termasuk bengkel dan dua rumahnya rusak total dan tak mungkin lagi diperbaiki. “Sekarang semuanya musnah, tak ada yang tersisa lagi. Paling yang kami punya peralatan rumah tangga, tetapi peralatan elektronik rusak,”katanya.

Dia juga berharap agar pemerintah segera memberikan bantuan kepada para pengungsi. Yang paling mendesak katanya adalah kebutuhan sembako, selimut, dan bahan-bahan material. Dia juga kahwatir, musim hujan bisa menyebabkan serangan penyakit.

Demikian juga di Kota Tasikmalaya. Bahkan ada satu daerah bencana yang belum terpantau dan diberi bantuan, yakni Kecamatan Tamansari. Anggota DPRD Kota H Tatang Multiara menyebutkan di Tamansari akibat gempa, 2.124 rumah rusak berat. Sebanyak 28 unit di antaranya roboh. Hingga kini para korban belum mendapatkan bgantuan darurat.

Sementara di Kabupaten Ciamis, sejumlah korban bencana hingga hari ketiga pasca-gempa masih belum mendapatkan bantuan. Baik dari Pemerintah Kabupaten Ciamis maupun dari sumber-sumber lain. Padahal, tingkat kerusakan yang terjadi di wilayah Kabupaten Ciamis tidak kalah parahnya dengan daerah-daerah lain. Hanya saja, jarak yang membentang di wilayah Tatar Galuh, membuat proses pendataan dan evakuasi tidak mudah dilaksanakan.

Di Kabupaten Ciamis, sedikitnya terdapat 6.400 bangunan yang mengalami rusak parah. Serta lebih dari 8.300 bangunan, termasuk sarana dan prasarana umum mengalami rusak sedang dan ringan.
Hingga kemarin, sejumlah warga yang rumahnya mengalami kerusakan masih tetap tinggal di tenda-tenda darurat yang mereka buat di lokasi tanah lapang. Mereka saling berdesakan di satu tenda.
Berdasarkan pantauan di wilayah Kecamatan Ciharubeuti, setiap hari menjelang malam warga berdatangan ke tenda yang telah mereka buat. Mereka bertahan di sana karena khawatir terjadinya gempa susulan, selain karena kondisi rumah mereka yang hancur. Mereka bertahan hingga menjelang subuh.
Di tenda-tenda darurat itu, warga sama sekali tidak dilengkapi dengan peralatan tidur yang memadai. Termasuk minimnya air bersih dan dapur umum.

Seperti diungkapkan Toto (43) warga Desa Sukahaji Kecamatan Cihaurbeuti. Toto bersama puluhan warga Kampung Kendal tinggal di tenda komando yang didirikan oleh Kodim 0613 Ciamis di tanah pesawahan yang kekeringan. “Rumah saya hancur dan tak memungkinkan bisa dihuni kembali. Untungnya, saat kejadian seluruh anggota keluarga saya bisa selamat. Selain rumah saya, rumah tetangga saya pun mengalami hal serupa,” tandasnya.

Nasib serupa dialami korban gempa di Desa Darmacaang Kecamatan Cikoneng Kabupetan Ciamis. Warga mengaku belum mendapat bantuan hingga hari ke-3 pasca-gempa. Di desa ini sebanyak 334 rumah hancur. Di antaranya Dusun Sorok sebanyak 178 rusak berat yang diperkirakan tidak bisa diperbaiki lagi. Demikian juga di Dusun Desa dan Cimong, 166 rumah rusak berat. Kepala Desa Darmacaang Ajo Warjo, mengaku belum ada bantuan dari Pemkab Ciamis. “Jangankan ada bantuan, orang yang nengok pun belum ada,” katanya.
Di Dusun Sompok Desa Sumberjaya Kecamatan Cihaurbeuti, sedikitnya 60 rumah rusak. Penghuninya terpaksa harus mengungsi ke rumah tetangganya yang masih utuh. Ada juga yang terpaksa menumpang di masjid dan membuat tenda di lapangan sepakbola. “Saya prihatin melihat kondisi korban di Sompok, karena daerahnya terisolir. Saya mohon pejabat atau yang berwenang bisa meninjaunya,” kata Mamat, salah seorang pemuda Sompok. (rip/dir/ale/uym/tin/sup/dar)

Isu Gempa Susulan Bikin Panik Warga

Karyawan PT Hini Daiki Diliburkan
TASIK- Isu akan datangnya gempa susulan dengan kekuatan lebih besar dari gempa yang terjadi pada Rabu sore (2/9), membuat warga panik, kemarin. Isu yang muncul lewat pesan singkat (SMS) dan internet.
Isi SMS itu yakni: “Prediksi BMG: ada gempa susulan hari ini (kemarin, red) jam 14.00, 8 skala richter. Hanya untuk waspada bukan untuk menakut-nakuti.”


Sontak, isu tersebut membuat warga panik. Apalagi, didukung oleh pemberitaan sebuah stasiun televisi swasta bahwa warga Jawa Barat diminta waspada terhadap gempa susulan. Saking paniknya, banyak warga yang hendak bepergian, terpaksa diurungkan. Warga pun saling menghubungi untuk memberitahukan masalah kemungkinan munculnya gempa susulan. “Saya langsung hubungi keluarga saya, supaya hati-hati. Karena ketika saya berada di luar rumah ada ribut-ribut akan datang gempa susulan sekitar jam 14.00. Ya, saya khawatir dan panik,” ungkap Rika salah seorang kryawan swasta yang bertemu Radar, kemarin.

Kepanikan serupa terjadi di daerah lain. Bahkan di Cisayong, sekitar 400 karyawan PT Hini Daiki pada pukul 11.45 kemarin terpaksa dibubarkan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan gempa susulan benar-benar terjadi. Menurut satpam yang enggan namanya dikorankan, Direktur PT Hini Daiki, Hirokazu Kanagawa Shan menerima informasi bahwa akan terjadi gempa susulan sekitar pukul 13.00 sampai 14.00. Maka dari itu pihaknya mengintruksikan agar seluruh karyawan dipulangkan. “Pagi tadi Bapak Direktur (Hirokazu Kanagawa Shan) menerima informasi akan terjadi gempa lagi, dan para karyawan diberitahukan selepas dzuhur, karena takut terjadi kepanikan. Maka hari ini (kemarin, red) seluruh karyawan bekerja setengah hari. Walaupun besok ada target untuk mengekspor barang, Bapak takut ada karyawan yang jadi korban,” paparnya.


Isu gempa susulan juga beredar di wilayah Garut. Warga yang berada di sepanjang pantai selatan resah dengan adanya kabar itu. Akibatnya, sebagian warga hendak kembali ke rumahnya, kembali ke tempat pengungsian.
Salah seorang warga Jalan Satria Desa Paas Kecamatan Pamengpeuk, Alan (23) menjelaskan akibat adanya isu gempa susulan, warga siap-siap kembali ke pengungsian dan mencari dataran yang lebih tinggi. “Karena warga mendengar gempa susulan besarnya mencapai 8 skala richter, lebih besar dari sebelumnya,” katanya kemarin sore.
Namun hingga kemarin sore, gempa susulan tersebut tidak terjadi. Namun demikian, ada sebagian warga masih tetap bertahan di luar rumah.

BUPATI BERANG
Secara terpisah, Bupati Tasikmalaya Drs H Tatang Farhanul Hakim MPd berang dengan adanya isu gempa susulan tersebut. Bupati menandaskan isu itu tidak benar. “Hingga saat ini saya tidak menerima fatwa dari ahli geologi akan terjadi gempa susulan. Karena itu saya tegaskan ke semua pihak bahwa yang mengisukan gempa susulan adalah teroris,” kata Tatang melalui pesan singkat (SMS) kepada Radar tadi malam.

Kapolresta Tasikmalaya AKBP Aries Syarif Hidayat MM melalui Kabag Ops Kompol Yono Kusyono mengimbau warga tenang. Menurut Yono, warga jangan percaya isu gempa susulan jika informasi itu bukan dari pejabat berwenang. “Kalau tidak keluar dari mulut petugas yang berwenang, maka jangan dipercaya. Tapi kalau memang masih percaya, maka masyarakat bisa menghubungi ke polisi terdekat. Insya Allah kami akan memberikan jawaban dan informasi yang tepat,” ucap Yono.

Menurut Yono, bisa saja isu itu sengaja dihembuskan agar warga panik dan lupa akan harta bendanya. Lalu dimanfaatkan oleh orang yang tak bertanggung jawab untuk menjarah harta warga.
Hal sama diungkapkan Kadishub Garut H Hilman Farid MSi. Hilman meminta warga Garut dan sekitarnya tetap tenang. Karena menurut informasi yang diterimanya dari BMG, kemungkinan terjadinya gempa susulan sangat itu kecil. “Tadi sore saya rapat di setda (Pemkab Garut, red) antara pemerintah dengan BMG. Camat juga hadir. Kemungkinan terjadinya gempa atau tsunami sangat kecil,” paparnya. (tin/sla/dir/dem/ari)

Jalan Pamijahan Terbelah

Satu Kampung Terancam Longsor
BANTARKALONG - Gempa telah menyebabkan beberapa lokasi di Desa Wakaf Kecamatan Bantarkalong mengalami kerusakan. Terutama, satu kampung terancam tertimbun longsoran tanah seandainya tidak diantisipasi. Ini menyusul retaknya Jalan Raya Parungponteng-Pamijahan.

Keretakan tanah ini seolah membelah jalan raya hingga setengah badan jalan, tepatnya di Kampung Puspa. Di badan jalan terlihat guratan tanah yang terbelah sepanjang 10 meter dengan kedalaman mencapai 6 meter.
Kepala Desa Wakaf Haris Somantri SSos mengungkapkan, terbelahnya jalur tersebut bisa membahayakan para pengguna jalan. Tak terkecuali bagi warga yang tinggal di perkampungan Puspa. “Kebetulan tak jauh dari retakan tanah di sekitar kampung itu terdapat areal perkampungan penduduk. Bisa-bisa perumahan warga terkubur tanah. Apalagi sekarang ini musim hujan. Jadi kalau tidak cepat ditangani, bisa parah. Sebaiknya langsung dibenteng saja,” katanya.

Sementara tak jauh dari lokasi tersebut, puluhan anggota Brimob Polda Jabar terlihat bergotong-royong menurunkan genting rumah-rumah penduduk yang mengalami kerusakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi ambruknya bangunan yang bisa menimpa para penghuninya maupun kepada warga sekitar yang tengah berlindung di sekitarnya. “Rumah-rumah ini sudah tak mungkin dihuni lagi. Soalnya sudah parah. Juga tak mungkin direnovasi. Jadi lebih baik dihancurkan untuk menghindari bahaya reruntuhan. Ini sesuai permintaan kades dan warga,” terang AKP Wawan komandan regu Brimob Polda Jabar. (uym)

Kesulitan Air Bersih Meluas

Korban Gempa Terpaksa Beli Air
CIGALONTANG – Kesulitan air bersih tak hanya dirasakan oleh warga korban gempa di Kecamatan Cigalontang. Sejumlah warga pengungsi korban bencana tanah longsor yang juga menjadi korban gempa 7,3 SR di Kampung Cikareo Desa Batusumur Kecamatan Manonjaya juga mengharapkan bantuan air bersih.
Kepala Desa Batusumur, Endang Ruhimat memastikan bahwa di lokasi relokasi bencana tanah longsor Cikareo terdapat dua rumah yang rusak akibat gempa. Sedangkan total rumah yang rusak di Desa Batusumur, mencapai 99 rumah rusak ringan dan 14 rusak berat. “Bantuan tanggap darurat belum sampai ke desa. Khusus warga relokasi Cikareo, sangat membutuhkan bantuan air bersih,” ungkap Kepala Desa Batusumur Endang Ruhimat.


Salah seorang warga lokasi relokasi, Yani (30) menyatakan bahwa jumlah kebutuhan air bersih keluarganya mencapai 15 ember per hari. Selama ini, Yani dan keluarga mengandalkan sumur warga terdekat sejauh 500 meter. Namun, akibat kemarau panjang tahun ini, debit air sumur sudah mulai berkurang. Menurut dia, warga relokasi harus rela mengambil air dari mata air Cikareo sejauh 2 kilometer.

Sementara itu, Rustandi (40) salah seorang warga Kampung Cigalontang Desa Jayapura Kecamatan Cigalontang, menyatakan bahwa kesulitan air sudah dirasakan warga sejak dua bulan lalu. Warga harus rela megantre di sebuah mata air yang berada sejauh 1500 meter. Namun, setelah bencana gempa Selasa (2/9) warga Cigalontang mendapat bantuan air bersih dari PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya. “Dulu harus beli air bersih Rp1.000 per jeliken ukuran 20 liter. Airnya kecil, harus ngantri,” ungkap Rustandi.

Menanggapi hal itu, Direktur Utama PDAM Tirta Sukapura Tasikmalaya, H Atang Kardian menyatakan bahwa sebanyak 3 mobil tangki, masing-masing berkapasitas 3.000 liter, dikirim bergiliran setiap hari khusus untuk warga Cigalontang. Di lokasi pengungsian sementara, air bersih ditampung di hidran umum (bak penapungan sementara, red) dengan ukuran 3 meter kubik. “Hidran umum ada 2 unit, sementara baru dikirim ke Cigalontang,” ungkapnya.

Lanjut Atang Kardian, pihaknya sudah mengirim petugas ke lokasi bencana di Cisayong untuk memastikan jumlah kebutuhan air bersih. Jumat (4/9) bantuan air bersih dipastikan sudah diterima warga korban gempa di Desa Sukasetia Kecamatan Cisayong. Atang memastikan bahwa pihaknya siap berupaya maksimal menyalurkan bantuan air bersih kepada warga korban gempa. Kendati saat ini, terjadi penurunan debit air hingga 30 persen akibat musim kemarau. “Kita sudah koordinasi dengan pihak PDAM provinsi dan pusat, malah ditantang butuh berapa?. Kita juga sudah ajukan 20 unit hidran umum,” terang Atang Kardian. (rip)




PKK Provinsi Bantu Korban Gempa

CIAMIS - Istri Gubernur Jawa Barat Hj Netty Prasetyani Heryawan bersama pengurus PKK se-Jawa Barat meninjau korban gempa di Kompleks Lembur Situ, kemarin. Netty memberikan sejumlah bantuan seperti selimut, mukena, pakaian luar, pakaian dalam, pembalut wanita dan beberapa buku cerita.

Menurut Neti Heriawan, bantuan ini diperuntukan bagi keluarga yang menjadi korban bencana. Diharapkan bantuan ini bisa meringankan korban. Selain itu, bantuan ini juga ada buku-buku cerita. “Mudah- mudahan buku ini berguna dan bisa dibaca oleh masyarakat yang terkena bencana terutama bagi anak-anak, karena peristiwa ini pasti akan menyisakan trauma yang mendalam bagi sebagian masyarakat terutama yang terjadi pada anak-anak,” terangnya.

Kata Neti, menangani trauma pascabencana sangat penting sekali, oleh sebab itu pihaknya meminta tim penggerak PKK Kabupaten Ciamis harus terlibat aktif dalam pos-pos bencana yang ada, meskipun tidak membuat pos bencana sendiri. Di samping PKK, timnya juga meminta ke petugas-petugas kesehatan agar senantiasa memantau terus keadaan-keadaan korban bencana terutama yang berada di pos-pos pengungsian karena yang berada di pos pengungsian tingkat kesehatannya sangat labil sekali. “Dan saya juga mengimbau kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan agar secepatnya melapor ke kecamatan untuk dilaporkan ke kabupaten, dan diteruskan ke tingkat propinsi,” ungkapnya.


Ketua tim Penggerak PKK Jawa Barat ini menjelaskan, pemerintah Jawa Barat telah membentuk Satkorlak tingkat Jawa Barat yang dalam waktu dua pekan ini terhitung dari mulai 2 September sampai 16 September 2009, wajib mengadakan pertolongan kepada semua masyarakat yang membutuhkan pertolongan, selama 2 minggu seluruh kebutuhan korban bencana akan dipenuhi. “Untuk keperluan korban bencana, pemerintah provinsi telah menyediakan tenda-tenda pengungsian, logistik dan juga air minum dan toilet berjalan, begitu juga selimut,” ujarnya.

Di samping bantuan tersebut di atas pihaknya juga akan mengantisipasi dampak trauma pasca bencana, di antaranya dalam waktu dekat ini pihaknya akan mengirimkan dokter jiwa ke tiap-tiap pos pengungsian, karena dikhawatirkan dampak dari bencana ini menyisakan trauma yang mendalam pada sebagian korban bencana, untuk keperluan pihaknya akan menempatkan 1 orang dokter di tiap-tiap posko pengungsian untuk mengecek setiap pengungsi. “Kami tidak menginginkan setelah evakuasi bencana ini selesai menyisakan banyaknya masyarakat yang mengalami depresi,” ujarnya.


Selain itu pihaknya juga akan memberikan perlengkapan keperluan medis seperti obat-obatan yang diperlukan korban. Katanya, obat ini sangat penting sekali bagi pengungsi karena kondisi di luar sangat rentan sekali dengan terserangnya wabah penyakit. “Pemerintah provinsi telah menyediakan jenis bantuan untuk pemenuhan bantuan 12 kabupaten yang terkena se-Jawa Barat. Oleh karena itu kami memohon kapada pengurus bencana setempat agar tidak segan-segan untuk memohon jika masih kekurangan bantuan mengingat ada daerah yang terkena bencana sangat banyak dan berada bukan pada 1 tau dua titik saja melainkan banyak titik,” jelasnya.(der)

Pemda Siapkan 1.000 Nasi Bungkus

CIAMIS - Untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat yang berada di areal pengungsian Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis memberikan 1.000 nasi bungkus per hari selama 4 hari. Bantuan tersebut diberikan sejak terjadinya gempa. Tujuannya, untuk menjaga kekurangan suplaian makanan yang dialami pengungsi korban gempa. Demikian dikatakan oleh Bupati Ciamis H Engkon Komara, kemarin. Dia menerangkan, pemberian nasi bungkus ini bertujuan untuk membantu korban karena selama berada di pengungsian mereka tidak bisa melakukan pekerjaan sebagai mana mestinya. “Dengan pertimbangan tersebut Pemkab Ciamis, memberikan solusi ini,” ujarnya.

Dikatakan Engkon, untuk mengatasi kekurangan persediaan beras Pemerintah Kabupaten Ciamis, mengambil jatah persediaan alokasi bencana di Bulog sebanyak 20 ton dari total ketersediaan beras sebanyak 100 ton.
“Beras ini semuanya akan disalurkan kepada semua korban gempa yang ada di Kabupaten Ciamis dan akan diberikan per kepala keluarga sebanyak 10 kg ditambah uang tunai senilai Rp 50.000 per hari, dan bantuan ini diberikan selama 7 hari,” jelasnya.

Engkon juga meminta uluran tangan dari pihak swasta, sebab yang menjadi kendala saat ini adalah kesulitan memberikan pertolongan dapur umum di lokasi-lokasi yang jauh. “Oleh karena itu untuk mengoptimalkan bantuan, pemerintah menempatkan beberapa tangki-tangki PDAM di titik-titik tertentu,” terangnya.
Di samping itu pihaknya telah menginstruksikan kepada seluruh camat agar standby di kantornya masing-masing. “Jangan sampai meninggalkan kantor sebelum kondisi kondusif kembali. Ini bertujuan agar laporan kekurangan dan apa pun menjadi cepat,” tandasnya. (der)

Korban Gempa Karangpawitan Dianaktirikan

Pemkab Belum Turun Tangan
KARANGPAWITAN - Ratusan korban gempa memprotes kebijakan Pemkab Garut dalam penanganan para korban pasca-gempa. Perhatian Pemkab Garut dianggap hanya terfokus di wilayah Garut Selatan. Seperti Pameungpeuk, Cikelet dan Cibalong.

Di Desa Lebak Agung Kecamatan Karangpawitan, ratusan kepala keluarga (KK) korban gempa, hanya menempati satu tenda bantuan dari Yonif 303 Cibuluh. Rumah mereka hancur dan kini masih bertahan di tenda penampungan sementara yang dibuat di lapangan kecamatan. Atau tenda tersebut berada sekitar 5 km dari pusat pemerintahan Pemkab Garut.

Kepala Desa Lebak Agung Aep Saepudin menyesalkan sikap Pemkab Garut. Sebab hingga hari ketiga pasca-kejaian, ratusan warganya tinggal di lokas penampungan dan sama sekali belum ada perhatian Pemkab Garut. “Jangankan sifatnya pemberian bantuan, kunjungan pun sama sekali tidak ada,” keluhnya.

Dikatakannya, di Desa Lebak Agung terdapat 241 rumah yang rusak akibat gempa. Dari jumlah tersebut, sebagian besar kondisinya rusak berat sehingga tak bisa ditempati. Aep berharap, pemerintah juga memperhatikan nasib para pengungsi yang merupakan korban gempa di daerahnya. Karena menurutnya, warga Desa Lebak Agung merupakan warga Kabupaten Garut yang berhak mendapatkan perhatian yang sama dari pemerintah. “Kami benar-benar merasa dianaktirikan oleh Pemkab Garut. Kejadian seperti ini bukan yang pertama kali dialami,” paparnya.

Namun Aep merasa beruntung karena HIPMI Pusat, Jabar dan Garut mengunjungi lokasi sekaligus memberikan bantuan. Di tempat yang sama, Camat Karangpawitan Drs Dadeng Thamrin membenarkan jika hingga kini ke daerahnya belum ada kunjungan dari pihak pemkab. Padahal, sebut camat, musibah gempa yang terjadi Rabu (2/9) lalu juga mengakibatkan kerusakan cukup parah di daerah tersebut.

Diterangkan Dadeng, selain Desa Lebak Agung, sejumlah rumah di desa lainnya di Karangpawitan mengalami kerusakan parah akibat diguncang gempa. Dari catatanya rumah rusak mencapai 965 unit, dengan rincian 374 kategori rusak berat, 43 rusak sedang, dan 548 lainnya rusak ringan.
“Karangpawitan merupakan salah satu kecamatan yang mengalami kerusakan cukup parah. Total yang rusak mencapai 965 rumah,” tandasnya. (one)

24 Bangunan SD Hancur

3.832 Siswa Diliburkan

PEUNDEUY – Sebanyak 3.832 siswa sekolah dasar (SD) di UPTD Pendidikan Kecamatan Peundeuy terpakasa diliburkan. Hal tersebut dilakukan mengingat beberapa bangunan di 24 SD di kawasan tersebut rusak berat dan rusak ringan akibat goncangan gempa.

Dikemukakan Kepala UPTD Pendidikan Dadang Hidayat SPd, akibat gempa Rabu (2/9) lalu, 24 SD yang tersebar di 6 desa, yaitu Desa Saribakti, Peundeuy, Toblong, Sukanagara, Pangrumasan dan Desa Purwajaya mengalami kerusakan ringan maupun berat. “Kami terpaksa meliburkan siswa, karena sebagian besar bangunan sekolahnya mengalami kerusakan. Khawatir bahaya dari jatuhan material bangunan,” katanya.
Ditambahkannya, kerusakan yang dialami SD tersebut tidak hanya retak-retak. Namun banyak di antaranya ambruk bahkan rata dengan tanah.


“Dari 24 SD tersebut, hanya ada 19 yang mengalami rusak berat. Sehingga sama sekali tidak bisa digunakan kegiatan belajar mengajar. Namun 5 SD lainnya mengalami rusak ringan. Demi keselamatan, terpaksa sebanyak 3.832 siswa diliburkan,” ujar Dadang.
Dari 19 SD yang mengalami kerusakan berat depalan lainnya paling parah (lihat tabel). “Selain bangunan SD, di Peundeuy juga terdapat bangunan SMP yang rusak, yaitu SMP Satu Atap. Kerusakan yang dialami SMP ini cukup parah juga,” katanya.

Diterangkan, guncangan gempa di Kecamatan Peundeuy juga telah menyebabkan rusaknya kantor UPTD Disdik setempat, yang selama ini numpang di kantor PGRI. “Kami telah melaporkan hal tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten. Dan Kepala Dinas Pendidikan, telah menginstruksikan agar data-data kerusakan bisa secepatnya dilaporkan. Kini kami kesulitan mendapatkan data lengkap akibat letak geografis Peundeuy yang 90 persen berada di daerah pelosok yang hanya bisa dijangkau dengan ojek,” tuturnya. Sedangkan berdasarkan data yang masuk ke Subag Jaringan Data dan Informasi Bagian Informatika Setda Garut, jumlah sekolah yang mengalami kerusakan akibat gempa totalnya mencapai 331 sekolah. (one)

24 Bangunan SD Hancur

3.832 Siswa Diliburkan

PEUNDEUY – Sebanyak 3.832 siswa sekolah dasar (SD) di UPTD Pendidikan Kecamatan Peundeuy terpakasa diliburkan. Hal tersebut dilakukan mengingat beberapa bangunan di 24 SD di kawasan tersebut rusak berat dan rusak ringan akibat goncangan gempa.

Dikemukakan Kepala UPTD Pendidikan Dadang Hidayat SPd, akibat gempa Rabu (2/9) lalu, 24 SD yang tersebar di 6 desa, yaitu Desa Saribakti, Peundeuy, Toblong, Sukanagara, Pangrumasan dan Desa Purwajaya mengalami kerusakan ringan maupun berat. “Kami terpaksa meliburkan siswa, karena sebagian besar bangunan sekolahnya mengalami kerusakan. Khawatir bahaya dari jatuhan material bangunan,” katanya.
Ditambahkannya, kerusakan yang dialami SD tersebut tidak hanya retak-retak. Namun banyak di antaranya ambruk bahkan rata dengan tanah.


“Dari 24 SD tersebut, hanya ada 19 yang mengalami rusak berat. Sehingga sama sekali tidak bisa digunakan kegiatan belajar mengajar. Namun 5 SD lainnya mengalami rusak ringan. Demi keselamatan, terpaksa sebanyak 3.832 siswa diliburkan,” ujar Dadang.
Dari 19 SD yang mengalami kerusakan berat depalan lainnya paling parah (lihat tabel). “Selain bangunan SD, di Peundeuy juga terdapat bangunan SMP yang rusak, yaitu SMP Satu Atap. Kerusakan yang dialami SMP ini cukup parah juga,” katanya.

Diterangkan, guncangan gempa di Kecamatan Peundeuy juga telah menyebabkan rusaknya kantor UPTD Disdik setempat, yang selama ini numpang di kantor PGRI. “Kami telah melaporkan hal tersebut kepada Dinas Pendidikan Kabupaten. Dan Kepala Dinas Pendidikan, telah menginstruksikan agar data-data kerusakan bisa secepatnya dilaporkan. Kini kami kesulitan mendapatkan data lengkap akibat letak geografis Peundeuy yang 90 persen berada di daerah pelosok yang hanya bisa dijangkau dengan ojek,” tuturnya. Sedangkan berdasarkan data yang masuk ke Subag Jaringan Data dan Informasi Bagian Informatika Setda Garut, jumlah sekolah yang mengalami kerusakan akibat gempa totalnya mencapai 331 sekolah. (one)

Fasilitas LAPAN Sebagian Rusak

Bupati Tolak Tawaran Mes Pengungsi

CIKELET – Selain memporak-porandakan perkampungan warga di Kecamatan Cikelet, gempa juga merusak salah satu objek vital nasional yang ada di kecamatan tersebut. Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), salah satu objek strategis nasional yang berada dekat Kampung Kiarakohok dan Kompleks Nelayan di Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet, juga mengalami kerusakan.

Menurut Moedji Soedjarwo, kepala LAPAN, gempa merusak sebagian infrastruktur LAPAN. Namun, menurutnya, fungsi strategis LAPAN masih bisa berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan infrastruktur teknis, seperti peralatan monitoring peluncuran roket tidak mengalami kerusakan berarti. “Infrastruktur yang ada tidak mengalami kerusakan yang berarti. Beberapa gedung hanya mengalami kerusakan ringan. Ini juga terjadi pada infrastruktur teknis yang mendukung fungsi strategis lapan seperti peralatan monitoring,” jelasnya.

Moedji mengungkapkan, fasilitas LAPAN yang paling parah adalah fasilitas rumah dinas karyawan LAPAN yang jumlahnya 17 unit. Semua rumah dinas mengalami kerusakan berat. Beberapa di antaranya bahkan sudah tidak bisa lagi digunakan termasuk rumah dinas dirinya. Moedji mengaku, pihak pusat telah meminta laporan kerusakan infrastruktur yang ada. “Kita sudah kirim via e-mali berupa foto fasilitas LAPAN yang rusak. Sementara laporan tertulis masih dalam proses penyusunan karena perlu perhitungan rinci,” ujarnya.

Menurut Moedji, banyak dari karyawannya menjadi pengungsi. Karena tempat tinggal mereka rusak berat dan tidak bisa ditinggali lagi. Pihaknya berinisiatif memberikan bantuan seadanya kepada pegawai berupa makanan dan kebutuhan sehari-hari. “Bukan hanya untuk karyawan LAPAN, kita juga telah memberikan bantuan kepada warga sekitar berupa makanan. Namun sifatnya hanya sementara,” jelasnya.

Lanjut dia, pihaknya telah menawarkan kepada koordinator pengungsi untuk menggunakan mes yang ada di lingkungan LAPAN. Di mes ada 100 tempat tidur lengkap dengan fasilitas mandi, cuci, kakus (MCK). Fasilitas itu menurutnya bisa digunakan para pengungsi daripada tidur di tenda pengungsian dalam kondisi cuaca saat ini. “Sayangnya belum bisa direalisasikan warga. Para pengungsi takut jika berada di mes LAPAN tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Selain itu mereka juga ingin berada dekat rumah mereka agar lebih mudah mengontrol harta mereka,” tuturnya.

Pihaknya juga menawarkan fasilitas mes kepada Bupati Garut Aceng HM Fikri. Sayangnya, kata dia, bupati menolak dengan alasan bawah pengungsi tidak boleh terlalu lama tinggal di pengungsian.
“Sebenarnya saya hanya prihatin melihat para pengungsi di tenda-tenda. Jika malam angin bertiup kencang dan jelas tidak baik buat kesehatan mereka,” katanya. (ari)

Rumah Ambruk, Tinggal di Kandang Domba

Menengok Korban Gempa di Langensari

Gempa berkekuatan 7,3 richter yang mengguncang Jabar Selatan ternyata menimbulkan penderitaan sejumlah warga. Termasuk yang dialami Jariyah warga RT5/6 Desa Langensari, Kecamatan Langensari. Ibu dengan enam anak ini terpaksa harus tinggal di kandang domba karena rumahnya hancur.

Daud Abdullah
LANGENSARI

JUMAT (4/9), Jariyah tampak kelelahan. Raut mukanya muram, sesekali dia berusaha menghentikan tangis anaknya yang terus menangis. Rupanya anak yang baru berusia 2 tahun itu merasakan penderitaan orangtuanya. Menderita karena rumahnya hancur akibat gempa. “Rumah saya habis, barang-barang terkubur. Saya tak punya apa-apa lagi. Saya terpaksa tinggal di kandang domba,” katanya dengan nada sedih. Suaranya memelas seakan minta perlindungan. Sembari mengusap anaknya dia pun duduk di kandang domba.

Suami Jariyah, Kasim (50) berusaha menenangkannya. “Sing sabar we, da lain urang wungkul nu kieu teh (sabar saja bukan kita saja yang terkena bencana),” katanya. Saat gempa, Kasim sedang berada di luar rumah. Dua anaknya sedang berada di dalam rumah. Pas kejadian gempa. Kasim angsung mengambil dua anaknya yang sedang tertidur pulas di dalam rumah. “Waktu itu saya panik sekali, tapi untung selamat,” terangnya.
Jariyah dan Kasim mengaku tak sempat membawa pakaian dan harta benda keluar rumah.
"Wah ndak sempat toh keburu roboh mas rumahnya, jadi saya pasrah saja harta benda saya tertimbun reruntuhan rumah,” ujarnya sesekali menyeka air mata.

Karena sudah tak punya apa-apa lagi, keluarga Kasim tinggal di kandang domba tak jauh dari rumahnya. Dia kedinginan saat malam, dan kepanasan saat siang. Tetangganya tak mau peduli dengannya termasuk orang yang kaya di kawasan itu. "Kami tak punya saudara, saya nggak mau minta belas kasihan orang terpaksa tinggal di sini saja,” katanya.

Hidup menderita, bagi Jariyah sudah biasa. Makan seadanya tidur pun beralas tikar, tak masalah. Namun dia sangat teriris ketika anak menangis kedinginan.
'Kasihan anak-anak kalau malam nangis terus karena banyak nyamuk. Saya hanya bisa berdoa semoga rumah saya bisa ditemnpati lagi,” katanya. (*)

Korban Gempa di Banjar Kedinginan

Dua Hari Pasca-gempa
BANJAR-Korban gempa di Kota Banjar masih memerlukan bantuan. Terutama bantuan untuk memperbaiki rumah yang rusak. Sebab ada sebagian korban yang rumahnya dipasang atap terpal. Jika malam, mereka kedinginan.

Seperti yang dialami warga Cimenyan 2 Kelurahan Mekarsari Kecamatan Banjar. Salah seorang korban gempa, Dede Hadiyatna (42) mengaku saat gempa berkekuatan 7,3 skala richter goncang daerahnya, semua atap rumahnya hancur. Untuk sementara, Dede dan ketiga anaknya tinggal di rumah itu dengan atap terpal. “Jika hujan dan malam tiba, kami kedinginan. Kalau mau pindah, anak-anak tidak mau, pengen tetap di sini,” ujarnya ketika ditemui Radar di rumahnya, Kampung Cimenyan 2, kemarin.

Dede memang sudah berusaha untuk membangun kembali atap rumahnya itu. Ia terpaksa ngutang Rp3 juta dari tetangganya agar bisa memperbaiki atap. “Namun dana sebesar itu kurang cukup memperbaiki atap. Jadi kami tetap memerlukan bantuan,” katanya. “Saya berharap pemerintah memberikan bantuan secepatnya karena kami butuh tempat berteduh. Kami tidak menyalahkan pemerintah akan hal ini, karena ini sudah menjadi bencana alam,” lanjut Dede.

Berdasarkan pantauan Radar di beberapa daerah di Kota Banjar, banyak korban gempa yang sangat memerlukan bantuan dari berbagai pihak. Kebanyakan dari mereka membutuhkan bantuan material dan sembako. Sedangkan bantuan dari pemerintah, mereka mengaku hingga saat ini belum menerimanya. Mereka hanya menerima bantuan seadanya dari masyarakat sekitar.

BARU DISALURKAN
Secara terpisah, Dinas Sosial Tenaga Kerja, dan Transmigarsi Kota Banjar sudah meyiapkan 1,9 ton beras, mi instan, minyak goreng, alat dapur dan kebutuhan pakaian . Namun bantuan tersebut baru disalurkan kemarin.
”Kita salurkan secara bertahap. Kita prioritaskan untuk mereka yang memang terkena dampak paling parah,” ujar Kepala bidang sosial Dinsosnakertrans Drs Asep Tatang Iskandar kepada Radar di ruang kerjanya, kemarin.

Untuk memudahkan kordinasi dalam penanganan para korban, lanjut Asep, Wali Kota Banjar dr Herman Sutrisno telah menetapkan kantor Disosnakertrans sebagai posko penanggulangan. “Jadi jika ada hal-hal yang berkaitan dengan penanganan pasca-bencana gempa, bisa langsung berkordinasi dengan kantor Dinsosnakertrans,” terangnya.

Asep melanjutkan, selain menyalurkan logistik, kemarin Dinsosnakertrans juga menyalurkan bantuan tenda bagi warga yang rumahnya hancur akibat gempa. “Ada beberapa tenda yang kita pinjam-pakaikan kepada warga yang memang rumahnya hancur dan tidak punya sanak famili. Bantuan hari ini (kemarin) juga kita salurkan,” imbuhnya

Asep mengimbau kepada seluruh anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) untuk selalu siaga dan waspada mengantisipasi berbagai kemungkinan buruk akibat bencana gempa ini. “Kami imbau agar Tagana selalu melakukan kordinasi lapangan antar-tim serta komponen lain. Bila ada suatu hal penting segera informasikan ke tingkat kota,” imbau Asep.

Para anggota Tagana juga diminta sosialisasikan tatacara penyelamatan diri saat hadapi bencana alam. Terutama di desa-desa dan pesisir pantai. “Kalau di kawasan pesisir rawan tsunami dan gempa bumi. Sedangkan di pegunungan rawan bencana tanah longsor, tak ada perbedaan jenis bencana. Semuanya membahayakan,” tegasnya. (yza/kun)

Pemkot Sumbang Korban Gempa

BANJAR – Wali Kota Banjar dr H Herman Sutrisno MM meninjau korban gempa, Mamat Warga RT 04/07 Pagak, Binangun Kecamatan Pataruman, kemarin. Pada kesempatan itu Herman menyerahkan bantuan berupa sembako kepada korban.

Kepada Radar, Herman Sutrisno mengatakan, sampai saat ini pemkot masih menginventarisir kerusakan rumah warga akibat kejadian gempa kemarin. "Kita hanya baru melaporkan ke pemrintah provinsi, tapi data korbannya masih belum dilaporkan secara resmi, setelah diinventarisir ulang ternyata banyak rumah yang rusak parah,” kata wali kota.

Karena masih diinventarisir, pemkot belum bisa memastikan kerugian yang sebenarnya. “Masih dihitung,” kata Herman. Sedangkan untuk mananganinya, pemkot tidak mempunyai anggaran khusus penanggulangan bencana, sedangkan kalau memakai dana yang ada terlebih dahulu, Herman mengaku khawatir melanggar hukum. (uda)

Pemkot Sumbang Korban Gempa

BANJAR – Wali Kota Banjar dr H Herman Sutrisno MM meninjau korban gempa, Mamat Warga RT 04/07 Pagak, Binangun Kecamatan Pataruman, kemarin. Pada kesempatan itu Herman menyerahkan bantuan berupa sembako kepada korban.

Kepada Radar, Herman Sutrisno mengatakan, sampai saat ini pemkot masih menginventarisir kerusakan rumah warga akibat kejadian gempa kemarin. "Kita hanya baru melaporkan ke pemrintah provinsi, tapi data korbannya masih belum dilaporkan secara resmi, setelah diinventarisir ulang ternyata banyak rumah yang rusak parah,” kata wali kota.

Karena masih diinventarisir, pemkot belum bisa memastikan kerugian yang sebenarnya. “Masih dihitung,” kata Herman. Sedangkan untuk mananganinya, pemkot tidak mempunyai anggaran khusus penanggulangan bencana, sedangkan kalau memakai dana yang ada terlebih dahulu, Herman mengaku khawatir melanggar hukum. (uda)

Pemkot Sumbang Korban Gempa

BANJAR – Wali Kota Banjar dr H Herman Sutrisno MM meninjau korban gempa, Mamat Warga RT 04/07 Pagak, Binangun Kecamatan Pataruman, kemarin. Pada kesempatan itu Herman menyerahkan bantuan berupa sembako kepada korban.

Kepada Radar, Herman Sutrisno mengatakan, sampai saat ini pemkot masih menginventarisir kerusakan rumah warga akibat kejadian gempa kemarin. "Kita hanya baru melaporkan ke pemrintah provinsi, tapi data korbannya masih belum dilaporkan secara resmi, setelah diinventarisir ulang ternyata banyak rumah yang rusak parah,” kata wali kota.

Karena masih diinventarisir, pemkot belum bisa memastikan kerugian yang sebenarnya. “Masih dihitung,” kata Herman. Sedangkan untuk mananganinya, pemkot tidak mempunyai anggaran khusus penanggulangan bencana, sedangkan kalau memakai dana yang ada terlebih dahulu, Herman mengaku khawatir melanggar hukum. (uda)

32 PSK Pangandaran Terjaring Razia

PANGANDARAN – Untuk menjaga kesucian Ramadan, Polsek Pangandaran bersama pihak kecamatan dan Danramil merazia tempat hiburan malam, Kamis (3/9) malam.
Operasi yang dipimpin Kapolsek Pangandaran AKP Asep KH Baehaqi ini berhasil menjaring 32 Pekerja Seks Komersial (PSK) dan menyita 48 botol miras.

Razia dilaksanakan pukul 21.00 hingga 24.00 dengan menyisir kafe, panti pijat, kost-kostan di beberapa tempat. Sebanyak 20 personil Polsek juga berhasil mengamankan sejumlah PSK yang berasal kafe-kafe di daerah Pamugaran dan Pasar Wisata (PW).

Operasi juga, lanjut Kapolsek, dilancarkan di beberapa kos-kosan. Dan target utamanya adalah para PSK yang berkeliran di luar seperti di daerah pantai dan fasilitas umum. “Operasi pekat di bulan Ramadan ini adalah yang pertama,” tambahnya.

Dengan operasi ini, diharapkan Kapolsek bisa menjadi pelajaran bagi mereka yang terjaring rajia. Pasalnya, dibulan yang penuh berkah ini daerah wisata Pangandaran harus lebih menghormati dan menghargai bulan ramadhan ini, “mudah-mudahan mereka jera. Karena operasi pekat akan terus dilakukan selama bulan ramadhan ini hingga tuntas,” tegasnya. (rok)

Gempa, 600 Santri Pulang Kampung

Kegiatan Ramadan di Pontren Condong Terhenti
CIBEUREUM – Kegiatan Ramadan di Pondok Pesantren Riyadul Ulum Wadda’ah Kelurahan Setia Negara, Kecamatan Cibeureum, Tasikmalaya tau pesantren Condong terhenti total akibat gempa Rabu (2/9) yang berkekuatan 7,3 SR. Sebab, hampir seluruh bangunan rusak. Karena itu pimpinan Pontren meliburkan lebih awal seluruh santri. Dari sebanyak 750 santri yang masih mondok sebanyak 150 orang.

Pantauan Radar kemarin menunjukkan, kerusakan terparah terjadi pada bangunan asrama putera yang hancur hampir 60 persen. Bagian yang rusak parah yaitu kanopi yang melindungi ruang MCK (mandi, cuci, kakus) asrama putera. Padahal, ruang MCK tersebut digunakan oleh seluruh santri pria. Bangunan lainnya yang rusak antara lain gedung SMP dan SMA Terpadu Riyadul Ulum Wadda’ah, gedung MI dan Masjid.

Ratusan santri telah meninggalkan pontren untuk liburan lebaran. Dari sekitar 750 orang jumlah keseluruhan santri, pada hari Kamis (3/9) kemarin hanya bersisa sekitar 150 orang yang masih tinggal di pontren.
“Dengan berbagai pertimbangan yang ada, pihak pesantren akhirnya memberi kesempatan libur lebih awal seminggu bagi seluruh santri. Kendati memang masih banyak agenda kegiatan pontren yang harus dilaksanakan. Namun, dengan peristiwa gempa ini, semua rencana kegiatan bulan Ramadan yang tersisa terpaksa harus dihentikan,” ungkap KH. Diding Darul Falah, Wakil Pimpinan Pondok Pesantren Riyadul Ulum Wadda’ah kepada Radar, Kamis (3/9).

Sebelumnya, menurut Diding, kegiatan rutin bulan Ramadan sudah berlangsung dengan sangat teratur dan khusyuk. Rangkaian kegiatan Ramadan tersebut antara lain salat wajib berjamaah, wirid dan tadarrus bersama selepas salat subuh dan dzuhur, bahsul masail (tanya jawab masalah keagamaan) setiap pukul 13.00 WIB s.d.14.00 WIB, tausyiyah dan kultum sebelum berbuka puasa, buka puasa bersama, shalat tarawih berjamaan, dan sorogan selepas salat tarawih. Akibat gempa, sejak Rabu (2/9), seluruh rangkaian kegiatan Ramadan itu terganggu dan terpaksa dihentikan.

Diding berharap agar bantuan logistik tetap disalurkan untuk pontren yang dipimpinnya itu. Sejauh ini, baru Departemen Sosial yang menurunkan bantuan logistik dan tenda darurat untuk korban bencana gempa di pontren Riyadul Ulum Wadda’ah. Selain itu, untuk solusi jangka panjang, Diding berharap agar bantuan untuk merenovasi bangunan-bangunan pontren Riyadul Ulum Wadda’ah yang rusak segera dapat diterima oleh pihaknya. Sebab, mulai tanggal 10 Syawal nanti, para santri akan kembali belajar di pontren tersebut.

Sementara itu, dari pantauan Radar, suasana di pontren Riyadul Ulum Wadda’ah saat ini sudah mulai kondusif dan tenang. Para santri, staf pengajar dan pimpinan pontren kini sudah terlihat tenang dan hanya menanti datangnya berbagai bantuan sosial. Kondisi ini sangat berlainan dengan hari Rabu (2/9) di mana rasa panik dan syok dirasakan hampir oleh seluruh penghuni pontren Riyadul Ulum Wadda’ah.

Asep Ridwan (22) staf pengajar Pontren Riyadul Ulum Wadda’ah, yang juga saksi mata kejadian runtuhnya bangunan asrama putera pontren tersebut mengatakan di asrama putera terdapat 15 orang santri putera yang tengah beristirahat. Pas kejadian, sebagian besar santri di asrama putera berloncatan dari lantai 3 gedung itu. Akibatnya, 4 orang di antaranya luka-luka. Ratusan santri perempuan malah sedang berada di gedung serba guna, hingga mereka berdesakan keluar dari gedung itu. Beruntung, gedung itu selamat dari keruntuhan,” tutur Asep.
“Hari ini (3/9) suasana pontren sudah lebih tenang. Ini karena sebagian besar teman-teman santri sudah libur dan pulang ke rumahnya. Bantuan sosial pun sudah kami terima. Padahal, tadi malam, kami semua tidak bisa istirahat dengan tenang karena masih takut ada gempa susulan,” lanjut Asep. (rur)

DPRD Rapat Koordinasi Gempa

Minta Pemerintah Bentuk
Tim Penyaluran Bantuan

PAMENGPEUK – Tanggap darurat terhadap bencana gempa dilakukan 9 anggota DPRD yang belum lama dilantik. Mereka berasal dari daerah pemilihan V yang daerahnya memiliki kerusakan paling parah dibanding kecamatan lainnya. Untuk pemulihan wilayah dan bantuan, wakil rakyat itu menggelar rapat koordinasi kemarin.

Setelah melakukan pemantauan ke lapangan sejak Rabu (3/9) malam hingga Kamis (4/9) siang, wakil rakyat itu kemudian mengumpulkan camat dan kepala desa yang ada di 4 kecamatan. Yaitu Kecamatan Pamengpeuk, Cibalong, Cikelet dan Cisompet.

Anggota DPRD dari daerah pemilihan V itu dibagi dalam dua kelompok. Mereka menyusuri jalur berbeda. Kelompok pertama mendatangi empat kecamatan yaitu Pamengpeuk, Cibalong, Cikelet dan Cisompet. Sementara kelompok lainnya menyusuri jalur Bungbulang, Caringin, Cisewu hingga Talegong.
Ade Ginanjar dari Partai Golkar mengungkapkan, rakor di Kecamatan Pameungpeuk dilakukan untuk menginventarisir sejauh mana kerusakan yang terjadi. Termasuk menyusun prioritas apa yang harus dikerjakan sebagai langkah tanggap darurat bencana.

Dalam rakor terungkap, pascagempa masih banyak korban yang kondisinya memprihatinkan. Tenda darurat (bantuan pemerintah) dibangun sebagai tempat pengungsian ada di Kecamatan Cikelet. Sementara di kecamatan lain, hingga Kamis (3/9) sore belum mendapatkan tenda bantuan pemerintah.
Kabar baik untuk para anggota DPRD hanya didapat dari tenaga kesehatan yang diwakili oleh Kepala Puskesmas Pameungpeuk dr Nadya. Pihaknya telah mendapatkan bantuan obat-obatan dari Pemkab Garut untuk pengobatan para korban.

Selain itu bantuan juga telah tiba dari Provinsi Jawa Barat yaitu empat tenaga ahli dokter bedah tulang. Mereka bisa melakukan operasi di Puskesmas Pameungpeuk dan sudah lengkap dengan obat-obatan. Ditambah adanya dua dokter umum yang saat ini sudah mulai bekerja.
Ade Ginanjar yang dalam rapat koordinasi tersebut ditemani Ade Suryana, anggota DPRD dari Dapil V dari Partai Amanat Nasional. Pihaknya berjanji akan terus memantau untuk memastikan semua bantuan dari pemerintah. Agar bantuan bagi korban bencana ini sampai tepat sasaran. (ari)

Peduli Gempa, Mahasiswa Turun ke Jalan

KARAWANG-Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Singaperbangsa Karawang (Mapalaska), melakukan aksi sosial dengan turun ke jalan, Aksi tersebut, merupakan bentuk kepedulian Mapalaska terhadap korban bencana gempa yang terjadi Rabu (2/9) kemarin di Tasikmalaya, dengan melakukan ngencleng kepada masyarakat Karawang.

Ngencleng yang dilakukan mahasiswa tersebut, rencananya akan dilakukan selama dua hari hingga nantinya, sumbangan hasil ngencleng akan diserahkan langsung kepada korban bencana yang memang membutuhkan.
Ketua Adat Mapalaska, Boiman Sihombing mengungkapkan, mereka sengaja melakukan ini, karena untuk saat ini hanya kegiatan seperti itu yang bisa dilakukannya buat membantu para korban bencana.

“Biasanya kami langsung turun kelapangan untuk menjadi relawan korban, namun dikarenakan bencana kali ini tidak terlalu parah seperti halnya korban, Gempa Jogjakarta ataupun Tsunami Pangandaran, sehingga kami hanya bisa menggalang dana dengan cara ini,” ucapnya kepada Pasundan Ekspres (Grup Radar Tasikmalaya), Kamis (3/9).

Sama halnya dengan pengakuan mahasiswa lainnya, Azis dari Fakultas Teknik Unsika. Dia menyampaikan, aksi peduli tersebut merupakaan salah satu bentuk perbuatan dalam menyikapi rasa kemanusiaan terhadap korban bencana. “Mungkin hanya ini yang bisa kami lakukan, sebagai bentuk rasa kepedulian kami terhadap para korban bencana yang ada,” singkatnya.(bin)

Rusak Gempa, Sekolah Diliburkan

BAREGBEG - Kegiatan belajar mengajar di MTs Babakan, Kampung Babakan Desa Karangampel Kecamatan Baregbeg terpaksa diliburkan, kemarin. Karena kondisi ruangan kelasnya yang sebagian besar ambruk akibat bencana gempa di Tasikmalaya dengan kekuatan 7,3 skala richter pada Rabu (2/9).

Menurut salah satu tenaga pengajar sekolah tersebut Adun, pihaknya terpaksa meliburkan siswanya mengingat kondisi sekolah yang hancur dan harus diperbaiki secara total.
“Rencananya siswa akan diliburkan sampai setelah lebaran. Adapun mengenai tempat kegiatan belajar mengajar nanti, kami akan merapatkannya terlebih dahulu,” ujar dia.

Akibat ambruknya sekolah tersebut, akses jalan umum terputus. Karena puing-puing bangunan dan pagar sekolah menghalangi badan jalan. Sehingga angkutan desa 02 jurusan Ciamis-Karangampel terganggu.
Warga dari kampung Babakan yang hendak ke Karangampel tidak bisa menggunakan angdes tapi jalan kaki atau naik ojek.

Salah satu sopir 02 Wawan mengatakan, dengan kondisi ini dirinya merasa dirugikan. Karena warga lebih memilih menggunakan ojek dari pada angkutan. “Akibatnya setoran jadi tekor,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang warga Karangampel Asmanah berkata, dirinya terpaksa harus mengeluarkan biaya mahal bila pulang pergi ke pasar. “Naik ojek kan lebih mahal dari pada naik angkutan. Tapi gimana lagi, jalurnya terputus,” pungkasnya.(der)

Pegawai Distan Ngantor di Rumah Kadis

LEMBUR SITU- Kerusakan bencana gempa 7,3 skala richter di Tasikmalaya pada Rabu (2/9) juga menyebabkan kerusakan kantor Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis di Jalan Lembur Situ. Akibatnya, para pegawai Distan ngantornya terpaksa pindah ke rumah dinas kepala dinasnya yang tidak jauh dari komplek kantor tersebut.

Saat Radar berada di lokasi, sejumlah pegawai sibuk memindahkan barang-barang yang ada di dalam ruangan yang rusak dikeluar-keluarkan. Menurut Kabag Sumber Daya Ir Tini Lastiniawati MP, pindahnya tempat kerja ke tempat kediaman rumah dinas kepala Dinas Pertanian, karena kondisi kantor yang rusak dan mengkhawatirkan.


“Memang kalau dilihat (kondisi, red) dari luar kurang begitu terlihat namun kalau dilihatnya dari dalam memperihatinkan. Dinding temboknya jebol bahkan rentan ambruk,” terang ibu berjilbab itu.
Termasuk, lanjut dia, semua kondisi ruang kepala bidang rusak berat. Sehingga menurutnya harus direnovasi total. “Sementara agar terus menjalankan aktivitas kerja dan demi melayani keperluan masyarakat, kami menggunakan ruangan rumah dinas bapak kepala dinas. Sebagian lagi menempati ruangan –ruangan yang tersisa (ruangan yang selamat, red) yaitu sebanyak 5 ruangan termasuk gudang,” katanya.


Dikatakan Tini, untuk kerugian akibat bencana gempa pihaknya belum bisa memprediksikan. “Nanti juga ada pihak yang memantau,” pungkasnya. Masih di Jalan Lembur Situ, sejumlah warga dan pemuda karang taruna setempat menutup akses bagi orang luar yang melintas jalan tersebut.
Menurut Ketua RW 27 Lili, penutupan ini merupakan inisitif warga guna mengantisipasi adanya penjarahan karena sebagian rumah yang amruk kondisinya masih berantakan. “Jalan ini akan kembali dibuka setelah situasi dinyatakan kondusif,” ujarnya. (der)
foto: dede rohimat

TNI dan Polri Kerahkan Pasukan



TASIK - Untuk membantu korban gempa di Kabupaten Tasikmalaya, Kasat Brimob Polda Jabar Kombes Unggung Cahyono menyatakan telah menerjunkan 2 datasemen satuannya, atau sebanyak 500 personil. Dari jumlah tersebut sebanyak 200 anggota akan disiagaka di Kabupaten TAsikmalaya, 100 anggota di Kota Tasikmalaya, 100 orang di Kabupaten Garut, dan 100 anggota lainnya disiagakan di daerah Cianjur Selatan. “Kami turut menyediakan tenda dan alat kesehatan. Brimob Polda Jabar akan tetap standby hingga batas waktu yang akan ditentukan Kapolda Jabar,” ungkapnya.



Di tempat yang sama, Danramil Cigalontang Kapten Inf Setiawan, menyatakan bahwa jumlah korban gempa yang luka berat diketahui sebanyak 5 orang, luka ringan 27 orang. Sedangkan total rumah yang rusak mencapai 1648 rumah, terdiri dari 772 rusak berat dan 876 rumah rusak ringan. Selain itu, juga diketahui sebanyak 51 masjid di Cigalontang alami kerusakan, serta kantor instansi setempat yakni 9 rusak berat dan 13 ringan. Terakhir, sebanyak 18 Ponpes rusak berat, dan 32 lainnya rusak ringan. (rip)

**Bantu Evakuasi Pascagempa
Untuk membantu korban gempa di Kabupaten Tasikmalaya, Kasat Brimob Polda Jabar Kombes Unggung Cahyono menyatakan telah menerjunkan 2 datasemen satuannya, atau sebanyak 500 personil. Dari jumlah tersebut sebanyak 200 anggota akan disiagaka di Kabupaten TAsikmalaya, 100 anggota di Kota Tasikmalaya, 100 orang di Kabupaten Garut, dan 100 anggota lainnya disiagakan di daerah Cianjur Selatan. “Kami turut menyediakan tenda dan alat kesehatan. Brimob Polda Jabar akan tetap standby hingga batas waktu yang akan ditentukan Kapolda Jabar,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Danramil Cigalontang Kapten Inf Setiawan, menyatakan bahwa jumlah korban gempa yang luka berat diketahui sebanyak 5 orang, luka ringan 27 orang. Sedangkan total rumah yang rusak mencapai 1648 rumah, terdiri dari 772 rusak berat dan 876 rumah rusak ringan. Selain itu, juga diketahui sebanyak 51 masjid di Cigalontang alami kerusakan, serta kantor instansi setempat yakni 9 rusak berat dan 13 ringan. Terakhir, sebanyak 18 Ponpes rusak berat, dan 32 lainnya rusak ringan. (rip)


Bocah 10 tahun Masih Hilang

Pamitan Hendak Ngikuti Pesantren Ramadan

PAGERAGEUNG - Sopyan bocah berusia (10) yang masih duduk di kelas 5 SDN 2 Puteran masih belum jelas rimbanya. Pasca gempa, anak pasangan Komar dan Dede warga Kampung Puteran Kaler Desa Puteran Kecamatan Pagerageung, tidak kunjung pulang sejak terjadinya gempa. Padahal sebelumnya dia hanya pamit hendak mengikuti pesantren Ramadan di sekolahnya.

Menurut Komar, hingga saat ini seluruh keluarga masih mencari keberadaan Sopyan. Karena hingga saat ini dirinya maupun pihak keluarga masih belum mendapatkan informasi yang jelas mengenai keberadaan Sopyan.
“Sebelum kejadian gempa, saya bekerja seperti biasa menjadi sopir angkot. Makanya, saat kejadian saya tidak tahu keberadaan anak saya ini. Dan sampai saat ini keluarga semua sedang mencarinya,” ungkap Komar.
Ditambahkan Dede, ibu Sopyan, sehari sebelumnya anaknya hanya pamit hendak ke sekolahnya. Tapi setelah dicari-cari namun tidak ada. Malahan setelah dicari ke rumah teman-temannya pun, Sopyan tidak ada.

“Walaupun saya ibu tirinya Sopyan tapi saya anggap Sopyan sebagai anak saya sendiri. Dan kepergian Sopyan ini sungguh sangat mengguncang semua anggota keluarga. Ketika tidak kujung pulang, saya sempat mencarinya ke rumah teman-temannya tapi kebanyakan mereka tidak mengeahui karena Sopyan baru di sini. Jadi dimungkinkan belum punya teman dekat. Terlebih Sopyan tidak bawa uang,” paparnya sambil menyeka air matanya.

Dia mengenang saat-saat terhakhir bersama Sopyan. Yakni, ketika hendak ke sekolah, dirinya tidak memberikannya uang jajan karena khawatir akan dibelikan petasan. Apalagi ketika pamit, dia masih berpuasa.
“Biasanya uang saku diberikan pada sore hari yakni untuk membeli makanan atau jajanan untuk buka puasa saja. Saya sengaja tidak memberikannya uang karena khawatir dibelikan petasan,” ucap Dede.

Dia mengaku, Sopyan sempat dicari ke rumah saudara-saudara ayahnya yang berada di Garut. Tetapi setelah dicek ternyata nihil hasilnya. Kalau pun pulang ke rumah ibu aslinya di Wanareja Garut, sambung dia, kemungkinannya kecil. Karena Sopyan masih kecil. “Saya akan cek keberadaannya dirumah ibu kandungnya. Mudah-mudahan Sopyan ada di sana. Kalau tidak ada, saya tidak tahu pergi kemana. Saya khawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mudah-mudahan anak saya selamat,” lirihnya. (jul)

Dana Bantuan Tunggu Pendataan


Mensos dan Menhub Kunjungi Lokasi Bencana

CIGALONTANG – Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah serta Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal meninjau salah satu lokasi korban gempa terparah di Desa Jayapura Kecamatan Cigalontang Tasikmalaya, Kamis (3/9). Kedatangan keduanya didampingi oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, Kapolda Jabar IrjenPol timur Pradopo, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary, serta Bupati Tasikmalaya Tatang Farhanul Hakim. Rombongan terjun langsung ke lapangan guna memastikan korban gempa agar mendapat bantuan dari pemerintah.


Di lokasi bencana, selain menemui sebanyak 500 pengungsi korban gempa yang menginap sementara di tenda-tenda darurat, rombongan juga menyempatkan meninjau sejumlah bangunan yang rusak berat. Bahkan ada yang rata dengan tanah, akibat gempa berkekuatan 7,3 SR, kemarin. Beberapa infrastruktur yang diperhatikan, antara lain Kantor Kecamatan Cigalontang dan Puskesmas Cigalontang yang rusak berat, termasuk meninjau bak penampungan air sementara yang disediakan khusus untuk korban gempa.


Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah dalam konfrensi persnya menyatakan bahwa langkah pertama yang diambil pemerintah adalah tanggap darurat bencana. Yakni jika ada korban yang meninggal dunia segera dikebumikan, penyediaan logistik bagi korban gempa yang selamat, serta menyediakan tenda-tenda penampungan sementara bagi warga yang kehilangan tempat tinggal. “Isnya Allah pemerintah cepat tanggap. Jika tiga hal itu sudah selesai, kemudian akan diperbaiki pelan-pelan,” ungkapnya.


Bachtiar Chamsyah kemudian meminta kepada Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya serta Pemerintah Provinsi Jabar untuk mendata secara rinci jumlah korban gempa, termasuk seluruh bangunan yang rusak. Pemerintah Pusat selanjutnya akan membahas mengenai pelaksanaan pembangunan.
Mensos juga menegaskan bahwa seluruh penanganan medis terhadap korban gempa tidak akan dipungut biaya. Hal itu sesuai dengan keputusan menteri kesehatan. Selain itu, khusus menanggapi ketersediaan logistik di lokasi bencana, Mensos memastikan bahwa pengiriman logistik akan terus dilakukan hingga 3 bulan kedepan. “Jangan sampai masyarakat tidak makan,” papar dia.


Tak kalah pentingnya, proses rehabilitasi sarana pendidikan, serta pemulihan psikologis korban bencana di lokasi pengungsian menjadi perhatian kunjungan Mensos. Proses belajar mengajar sementara bisa dilakukan ditenda-tenda darurat, sedangkan proses pemulihan kondisi kejiwaan korban gempa di pengungsian, kemungkinan akan dilakukan dalam waktu dekat oleh Dinas Kesehatan.


Sedangkan Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal menyatakan sejuah ini tidak ada sarana jalan raya yang rusak parah. Sehingga, kehadiran Jusman Syafii ke lokasi pengungsian hanya sebagai bagian dari upaya penyelamatan korban gempa. “Beberapa jalan yang rusak masih dalam tahap penataan,” ujarnya singkat.
Di lokasi gempa tersebut, seluruh bangunan sekolah yang ada dipastikan rusak berat. Sehingga proses kegiatan belajar mengajar satu minggu setelah hari raya Idul Fitri dipastikan akan diadakan sementara di tenda darurat. Seperi yang terjadi dengan SMAN Cigalontang dengan total murid sebanyak 180 orang. Dari jumlah 5 ruang kelas dan 1 kantor guru, semuanya dipastikan rusak berat.


Kepala SMP Cigalotang, Supriyatno menyatakan, dari total 26 ruangan yang ada, dipastikan hanya tinggal 1 ruangan yang masih dalam kondisi baik. Untuk menampung proses kegiatan belajar mengajar siswa sebanyak 517 orang, pihak sekolah akan mengajukan 20 tenda besar. “Total kerugian bangunan serta semua sarana dan prasarana diprkirakan mencapai 2,7 miliar,” ungkap Supriyanto.


Untuk memastikan tidak ada aliran listrik yang membahayakan warga korban gempa, petugas PLN dari pusat Tusbung UPJ Singaparna melakukan pencabutan aliran listrik ke sejumlah rumah yang roboh dan rusak berat. Sementara rumah yang tidak mengalami kerusakan, dibiarkan tetap dialiri listrik. (rip)


Aparat Desa Mekarwangi Ngantor di Tenda

CISAYONG – Aparat Desa Mekarwangi Kecamatan Cisayong terpaksa ngantor di bawah tenda. Pasalnya, bangunan bale desa itu mengalami kerusakan berat akibat terjadinya gempa kemarin. Atap maupun tembok bagian kanan bangunan runtuh sehingga tidak memungkinkan untuk dipergunakan lagi.

Tenda itu didirikan di depan kantor desa, agar aktifitas pengurus desa tetap dapat dijalankan. Menurut Didi Restiana salah satu aparat desa, pendirian tenda akan digunakan oleh pihak desa selama bangunan belum diperbaiki.
“Tenda ini pun boleh digunakan oleh para korban gempa yang rumahnya hancur dan runtuh untuk tidur kalau malam hari. Siang harinya digunakan aktifitas para pengurus desa yang kini masih disibukkan dengan kejadian gempa,” ungkapnya.

Berdasarkan data yang diperoleh pihak desa, di Desa Mekarwangi terdapat 297 bangunan yang mengalami kerusakan dengan rincian, 125 rusak ringan, 110 rusak sedang, 53 rusak berat dan 9 hancur. Menurut Didi, pihaknya telah mengontrol keadaan warga pasca gempa dan warga mendirikan tenda-tenda darurat berdasarkan inisiatif bersama. “Lebih dari 20 tenda darurat yang dibangun warga untuk mengantisipasi akibat rumahnya runtuh dan waspada terhadap gempa yang mungkin akan terjadi lagi,” imbuhnya.

Seperti terlihat di Kampung Sariwangi RT 01/01 Desa Nusawangi Kecamatan Cisayong. Beberapa warga memilih mendirikan tenda di dekat pelataran rumah mereka yang hancur. Sedikitnya terdapat 6 tenda yang dihuni oleh 6 kepala keluarga. “Tapi ada juga satu tenda dihuni oleh 20 orang dari 3 keluarga,” ucap Cicih, salah satu warga korban gempa yang mengaku rumahnya luluh lantak.

Kata dia, sejak kemarin seluruh aktivitasnya dilakukan di dalam tenda. Termasuk sahur dan berbuka puasa. “Daripada kami harus berada di dalam runah yang sudah rusak berat, takut runtuh. Lebih baik kamu disini. Kami cari yang aman saja,” ucapnya. (sla)

Korban Gempa Guranteng Butuh Makanan


PAGERAGEUNG - Ratusan warga Kecamatan Pagerageung di tiga desa, hingga saat ini masih belum bisa kembali ke rumahnya masing-masing. Mereka masih tetap bertahan di tanah lapangan dengan mendirikan tenda darurat akibat rumah mereka rusak.

Terutama warga di tiga desa yang mengalami kerusakan cukup parah. Seperti di Kampung Cikerenceng Desa Guranteng, Kampung Ambarayah Desa Sukadana dan beberapa kampung di wilayah Desa Puteran.
Hingga saat ini, warga di ketiga desa itu masih tetap bertahan di tenda-tenda darurat. Akibat kondisi geografis yang cukup jauh dari pusat Kecamatan Pagerageung, warga di Desa Guranteng masih belum mendapatkan bantuan berupa bahan makanan, selimut maupun tenda untuk berteduh.

Hal ini membuat khawatir Ketua Forum Tasik Utara Bangkit (FTUB) Ajengan Abdul Latif. Untuk itu, dia bersama anggotanya dan unsur kepemudaan, elemen kemasyarakatan Kecamatan Pagerageung dan para tokoh masyarakat setempat mendirikan posko bantuan. “Kasihan warga, terutama yang rumahnya tidak bisa dihuni kembali. Mereka sampai sekarang tinggal di tenda-tenda darurat. Sementara bantuan dari pemda masih belum datang juga. Baik berupa bahan makanan maupun tenda yang layak untuk mereka tempati,” ucapnya, kemarin.


Dia mengaku, secara swadaya FTUB mencoba merangkum bantuan seadanya kepada warga lain yang tidak mengalami bencana. Alhasil, bersama unsur kepemudaan dari KNPI Kecamatan Pagerageung dan beberapa pemuda pencinta alam, bisa memberikan bantuan alakadarnya kepada para warga yang menjadi korban.
Ditambahkan H Dedy Permana, penasihat FTUB, seharusnya bantuan tidak terkonsentrasi ke salah satu daerah saja. Sebab di beberapa daerah pun terdapat warga yang mengalami korban serupa. “Seperti di Kampung Kerenceng ini. Warga sangat membutuhkan bantuan dari pemerintah,” ucapnya.


Dikatakannya, di Kampung Kerenceng terdapat 40 rumah rusak berat, dan puluhan lainnya rusak ringan. Sedangkan di Kampung Ambarayah terdapat 10 rumah yang hancur. “Di Desa Sukadana ada korban yang meninggal yakni seorang bocah SD. Sementara 200 warga lainnya kehilangan tempat tinggal,” tandas dia diamini Dwi, sekretaris KNPI Kecamatan Pagerageung. (sup)

Warga Pantai Selatan Sempat Mengungsi

CIPATUJAH – Saat terjadi gempa, masyarakat Pantai Selatan sempat panik. Mereka takut seandainya gempa berkekuatan 7,3 skala richter itu bisa menimbulkan bencana tsunami. Mereka trauma seperti yang sempat mereka alami beberapa tahun silam.

Menurut salah seorang tokoh Desa Sindangkerta Sukna (55), ratusan warganya sempat mengungsi ke lokasi SMPN Cipatujah. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan ancaman tsunami, seperti isu yang beredar di masyarakat. Langkah itu katanya, kerap dilakukan warga manakala terjadi gempa bumi seperti beberapa waktu sebelumnya. “Kebetulan, lokasi SMP tersebut lebih tinggi ketimbang daerah pantai sekitarnya. Jadi, kami yakin daerah itu tak akan bisa dijangkau air laut,” terang Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Desa Sindangkerta itu.

Namun mereka mengungsi tak lama. Yakni hanya berlangsung sekitar 4 jam, mulai dari pukul 17.00 hingga pukul 21.00. Mereka kembali pulang karena yakin situasi akan aman. Selain itu, saat mengungsi mereka tak membawa serta barang-barang apapun, kecuali nasi timbel untuk mengganjal perut mereka untuk buka puasa. (yem)

Novi, Tertimbun Rumah saat Menyelamatkan Diri


Kisah Keluarga Korban Gempa di Cikelet
Bermaksud menyelamatkan diri dari ancaman rumah ambruk, Novi (16) lari ke luar rumah. Namun usaha dara yang tinggal di Kampung Kiarakohok Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet, itu malah menemui ajalnya. Sebab rumah milik tetangganya ambruk ketika dia berusaha menyelamatkan diri.

Ari Maulana K
Cikelet

Goncangan gempa berkekuatan 7,3 skala richter membuat panik semua warga termasuk di Kecamatan Cikelet. Warga berhamburan menyelamatkan diri keluar rumah khawatir rumah mereka ambruk.
Usaha itu pula yang dilakukan korban Novi, yang tewas dalam musibah ini. Ia tertimpa bangunan rumah yang berada di depan rumahnya, milik Aan, ketika berada di luar.

Selain Novi yang tertimpa, saudaranya Marni (20) Iyan (10) juga ikut tertimpa bangunan itu. Marni dan Iyan mengalami luka berat. Setelah gempa reda, ketiganya langsung ditolong warga. Kemudian dilarikan ke Puskesmas Pameungpeuk. Nahasnya, luka yang diderita Novi cukup serius. Nyawa Novi pun tidak tertolong lagi. “Novi lari keluar rumah untuk menghindari gempa, setelah berada di luar ternyata malah tertimpa rumah tetangga,” jelas Linda (40) tetangga korban kepada Radar kemarin.

Hingga Kamis (3/9) siang, reruntuhan rumah yang menimpa Novi masih berserakan. Bercak darah yang mulai mengering tercecer di sekitar bangunan ambruk tersebut. Warga sendiri masih shock dan memilih meninggalkan rumahnya masing-masing. Kini warga tinggal bersama-sama di tenda pengungsian yang ada di pesawahan kering, tidak jauh dari rumah mereka.


Korban lainnya yang ada di Kampung Kiarakohok Desa Pamalayan adalah Erat (61). Wanita renta ini menderita luka berat di bagian kepala akibat tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri. Janda tua yang tinggal sendiri di gubuk kecilnya itu tidak mampu berlari ketika gempa terjadi. “Ibu saya tertimpa tembok rumah dan mendapatkan 12 jahitan di kepala. Saat ini masih mendapatkan perawatan di Puskesmas Pameungpeuk,” jelas Erna anak dari Erat yang tinggal bersama keluarganya tidak jauh dari rumah Erat.

Erna mengungkapkan, sehari-harinya ibunya tinggal seorang diri. Sementara Erna tinggal tidak jauh dari rumah ibunya. Biasanya, setiap hari selalu dijenguk. Duka juga dirasakan oleh Ami (55) yang sehari-hari dikenal warga setempat sebagai paraji. Warga Kompleks Nelayan Desa Pamalayan ini harus kehilangan suami tercintanya, Amud, yang telah puluhan tahun menemaninya.


Ami menuturkan, saat gempa dirinya keluar dari rumah membawa cucunya yang masih balita. Saat itu suaminya membuntutinya keluar dari rumah. Meski hanya beda beberapa detik, saat berada di luar pintu rumah tiba-tiba saja bagian depan rumahnya ambruk. Saat itu, suaminya terkubur reruntuhan rumahnya.
“Hanya terlambat beberapa detik saja. Saya sudah mengajak suami keluar rumah. Saat itu saya membawa cucu,” lirihnya saat menceritakan kejadian tersebut kepada Bupati Garut Aceng HM Fikri.

Mengetahui suaminya tertimpa bangunan, Ami sempat berusaha memberikan pertolongan. Sayangnya luka yang diderita Amud cukup berat di bagian perut. Bahkan beberapa tulang tubuhnya patah. Amud menghembuskan nafas terakhir di rumahnya. Rentetan musibah yang menimpa masing-masing warga membuat mereka masih trauma. Bahkan Erna --yang ibunya menderita luka berat-- setiap kali mendengar suara gemuruh, sekujur tubuhnya gemetar. Dia mengaku lemas karena ketakutan. “Subhanallah..sangat mengerikan,” sahut Erna.


Sementara itu, Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah saat mengunjungi korban gempa menegaskan, pemerintah telah menyediakan uang duka bagi yang anggota keluarganya meninggal dunia. Sementara mereka yang mendapat perawatan di rumah sakit, biaya pengobatan ditanggung pemerintah. (*)

Dana Tiliunan Siap Digelontorkan

Mensos: Lama di Tenda
tak Baik Bagi Kesehatan


Cikelet – Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah meninjau lokasi pengungsian korban bencana gempa di Lapang Kiarakohok Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet kemarin. Ia menegaskan, semua pengungsi agar tidak berlama-lama di tenda dan kembali ke rumah mereka.

“Jika rumahnya hancur, lebih baik buat tenda darurat di dekat rumah menggunakan terpal. Nanti disediakan pemerintah. Karena berlama-lama ditenda pengungsi tidak baik untuk kesehatan,” katanya kepada para pengungsi. Bachtiar menegaskan, gubernur nantinya akan menentukan kapan warga harus kembali ke rumah masing-masing dan membangun tenda dekat rumah mereka.

Bachtiar datang bersama Menteri Perhubungan Djusman Syafi’i Jamal didampingi Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Mereka menumpangi pesawat dan mendarat di Landasan LAPAN Santolo.
Namun warga sempat menolak apa yang disampaikan Bachtiar. Pasalnya masih banyak pengungsi yang trauma khususnya orang tua dan ibu-ibu. Mendengar keberatan warga, Bachtiar menerangkan bahaw pindah ke rumah masing-masing itu tidak sesegera mungkin. Karena pemerintah sendiri tengah mempersiapkan segala kesiapan untuk pemulangan pengungsi.
“Tidak harus secepatnya. Hanya, jika berlama-lama (di tenda) jelas tidak baik bagi kesehatan. Maksimal 2 minggu berada di tenda pengungsian,” jelasnya.
Ketika ditanya jumlah dana yang disiapkan pemerintah pusat untuk menanggulangi bencana ini, Bachtiar menyatakan, pemerintah telah menyediakan pos anggaran untuk penanggulangan gempa.
“Kita belum tahu pasti jumlah dananya, tapi yang pasti jumlahnya triliunan rupiah. Karena ini bencana cukup besar dan perlu dana besar untuk merehabilitasinya,” tegasnya.

Bachtiar juga menegaskan, bantuan dari pemerintah akan disesuaikan dengan ajuan yang dibuat oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hingga kini pihaknya masih menunggu data berapa besar kerusakan yang terjadi di Jawa Barat. Karena proses pendataan masih terus berjalan.
“Kita menunggu ajuan dari gubernur. Apa yang dibutuhkan, nanti akan kita sesuaikan dengan dana yang ada,” terang dia.

Sementara itu Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menegaskan, dampak gempa ini dirasakan di 11 kabupaten/kota yang ada di Jawa Barat. Dari data yang dikumpulkan Pemprov Jabar, sekitar 27 ribu rumah yang mengalami kerusakan. 40 persen dari jumlah tersebut adalah rusak parah. (ari)

Korban Gempa Harus Dioperasi


Dua Di antaranya
Dirujuk ke RSHS

GARUT – Sebanyak enam korban luka berat, kini sudah teridentifikasi dan mereka menjalani perawatan intensif di RSU dr Slamet. Namun dua di antara mereka kondisinya kritis harus dirujuk ke RSHS Bandung. Sedangkan satu korban dinyatakan tim medis RSU dr Slamet harus dioperasi.

Para korban adalah Erna (42) warga Kampung/Desa/Kecamatan Cikelet, Uca (80) warga Kampung/Desa Sindanggalih RT 03/06 Kecamatan Karangtengah, Nurhidayawati (16) warga Kampung Genteng RT 02/09 Desa Ngamplangsari Kecamatan Cilawu, Sopian (10) dan Sumarni (21) warga Kampung Kiarakohok Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet, serta Entis (35) warga Kampung Bembrong Desa Bojong Kecamatan Pameungpeuk.

“Dua korban yaitu Erna dan Uca rencananya akan dirujuk ke RSHS Bandung, karena lukanya parah. Sedangkan satu korban lainnya, Sumarni, akan menjalani operasi,” ungkap Wakil Penanggung jawab IGD RSU dr Slamet Garut Wawan Sumiarsa Am Kep, kemarin.
Sebelumnya, kata Wawan, jumlah korban yang menjalani perawatan di RSU dr Slamet sebanyak 14 orang. Setelah mendapatkan pertolongan, 8 dari korban sudah dinyatakan berangsur pulih dan diperboehkan pulang. “Jadi yang masih menjalani perawatan intensif masih enam orang itu,” katanya. Para korban, tambah Wawan, mengalami patah tulang dan luka di kepala akibat tertimpa bangunan roboh.

Seluruh korban bencana, lanjut dia, mendapatkan perawatan maksimal dan dibebaskan dari biaya. Sebab pemerintah sudah menanggungnya melalui jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas). “Untuk pasien korban gempa, sama sekali tidak dipungut biaya. Karena mereka telah dijamin melalui Jamkesmas,” pungkasnya.

RUMAH RUSAK BERTAMBAH
Pemkab Garut melalui Sub Bagian Jaringan Data dan Informasi bagian Informatika Setda terus menghimpun data jumlah korban jiwa dan rumah yang rusak akibat gempa. Hingga pukul 14.00 kemarin, jumlah rumah rusak berat terus bertambah (lihat tabel).

Kabag Informatika Setda Garut Drs Dik Dik Hendrajaya MSi melalui Kasubag Jaringan Data dan Informasi Drs Gun Gun Gumbirawan menyebutkan, data sementara korban jiwa yang teridentifikasi baru 7 orang.

Masing-masing adalah Yuyus (73) dan Novi (16) warga Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet, Amud (55) dan Teti (13) warga Kampung Nelayan Kecamatan Cikelet, Mamah (80) warga Desa Neglasari Kecamatan Cisompet, Cepi (15) warga Kampung Pabuaran Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk, serta Iyat (80) warga Desa Mandalakasih Kecamatan Pameungpeuk. “Untuk data masih mengalami perubahan karena laporan masih berdatangan dari setiap kecamatan,” katanya.

Sementara kerusakan rumah tercatat 13.902 unit tersebar di 35 kecamatan dari jumlah 42 kecamatan yang ada di Kabupaten Garut. Adapun rincinya, rumah yang mengalami kerusakan berat 5.024, rusak sedang 1.311, dan rusak ringan mencapai
7.567.

Selain itu, Gun Gun menyampaikan, gempa juga telah menyebabkan 331 sekolah dan 272 mesjid mengalami kerusakan. Dari 331 sekolah yang rusak, 279 di antaranya rusak berat. “Sedangkan untuk masjid, dari 272 yang mengaami kerusakan, 74 tergolong rusak berat, 16 rusak sedang dan 182 rusak ringan,” ungkap dia. (one)

Nia Meninggal Setelah Menyelamatkan Anaknya


Kisah Keluarga Korban Gempa 7,3 Skala Richter

Raut muka lelaki tua itu menyisakan kesedihan yang mendalam. Mukanya sayu, gaya bicaranya pelan. Sesekali nada bicaranya bergetar.

Usep Saeffulloh, Kota Tasikmalaya

Rabu lalu, Zaenal dan istrinya, Yuyun (50) tengah istirahat di rumahnya, di RT 01/01 Awi Liar Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya. Ketika gempa mengguncang hebat, ia bersama sang istri lari tunggang langgang meninggalkan rumahnya. Dia bersama sang istri langsung menuju sawah yang tak jauh dari tempat tinggalnya. ”Saya langsung lari sambil menggendong Ema (panggilan Zaenal kepada ibunya) yang sedang sakit,” ujar Zaenal dengan mimik muka yang juga masih tetap sayu.

Dia memilih sawah sebagai tempat untuk menyelamatkan diri karena dianggap paling aman. “Karena tidak ada bangunan apa-apa,” tambahnya. Sesampainya di sawah, Zaenal bertemu dengan dua anak perempuannya yang juga ikut menyelamatkan diri. Dialah Nia Kurniasih, anak tertuanya dan Uun, anak keduanya. Kedua anaknya itu pada saat menyelamatkan diri tidaklah sendirian. Mereka membawa anak-anak mereka. Baik yang masih balita maupun yang beranjak remaja. ”Semua warga di sini menyelamatkan diri ke sawah. Termasuk kedua anak saya yang membawa anak-anakanya. Waktu itu saya merasa sedikit tenang karena melihat anak saya bisa menyelamatkan diri. Saya lihat cucu-cucu saya juga bisa selamat,” kenang dia.

Rasa tenang baru terganggu ketika secara mendadak Nia terjatuh dan tak sadarkan diri. Posisi yang paling dekat dengan Nia adalah keduanya. Uun malah teriak histeris ketika sang kakak terjatuh pingsan.
”Saya berteriak melihat teteh (kakak) pingsan. Namun orang-orang saat itu tidak ada yang menghiraukan. Karena mereka sedang sibuk menyelamatkan diri, akibat guncangan yang besar sekali,” papar dia.

Ketika Nia mau pingsan dirinya hanya bisa melongo. “Karena saya juga menggendong anak saya yang berusia tiga tahun. Sedangkan teteh membawa anaknya yang yang lima tahun. Saya minta anak teteh yang tertua untuk mengambil adiknya,” tutur Uun dengan mata yang masih saja sembab. Setelah itu dia bergerak menolongnya. ”Teteh sempat muntah-muntah tiga kali. Ssebelum pingsan, dia ngomong pusing setelah terimpa genting ketika akan menyelamatkan anaknya yang sedang tertidur,” terang Uun.

Uun sempat melihat memang gigi kakaknya patah dan berdarah. ”Sambil menangis saya membaringkan kakak saya di galengan (pematang sawah). Sedangkan Mak Yuyun (ibundan Nia dan Uun) memegangi kepala teteh,” paparnya. Tak lama kemudian, Nia kejang-kejang dan akhirnya pingsan. “Saya teriak-teriak lagi,” ujarnya dengan mimik muka yang masih bersedih. Tak sampai lima menit, Nia menghembuskan nafas terakhirnya. Melihat kedua anaknya yang tengah kesusahan, Zaenal membawa Nia ke Pos Kamling. ”Saya panggil bidan dan mantri untuk memeriksa anak saya. Ternyata anak saya sudah meninggal,” ungkap Zaenal seraya menunudukkan kepalanya. Tak ayal lagi, tangis pun pecah membahana di Pos Kamling berukuran 1,5 meter persegi itu. ”Anak saya langsung dijepatkeun (disemayamkan) di rumah tetangga,” ujar Zaenal.


Pihak keluarga memutuskan untuk memakamkan Nia Kurniasih. Cerita Zaenal, Nia dimakamkan tepat pukul 22.30 di kebun milik Zaenal, di Bengkok, di dekat tebing Sungai Cikalang.
”Saya sengaja memilih di kebun saya. Karena kalau di makam umum, biasanya bekas kuburan orang lain. Saya tidak mau,” ujarnya ketika dia bersama cucu dan kerabatnya mengantar Radar melihat makam Nia.
Dengan dibatasi batu sungai, makam Nia jauh dari kesan umumnya makam di Kota Tasikmalaya. Biasanya di atas makam yang masih merah dipenuhi dengan bunga-bunga. Namun di atas makam Nia, hanya sedikit bunga yang menghiasinya.


Setelah ia berdoa untuk anak sulungnya itu, Zaenal mengutarakan isi hatinya. ”Walau anak saya sudah besar dan berumah tangga, namun rasa sayang tidak pernah luntur. Saya terasa disambar petir di siang hari. Saya amat sakit,” ujarnya seraya bergerak meninggalkan makam Nia. ”Kata Pak Ajengan, anak saya itu mati syahid karena meninggal ketika melaksanakan shaum (puasa). Mudah-mudahan Allah SWT menerima ibadahnya,” ujarnya seraya berpisah dengan Radar di belokan kecil pesawahan yang tak jauh dari makam Nia. ()

Korban Meninggal Bertambah


Rumah Rusak Capai Puluhan Ribu


TASIK—Korban meninggal akibat gempa berkekuatan 7,3 skala richter yang berpusat di Tasikmalaya (2/9), bertambah. Di Kota Tasikmalaya, sebelumnya tercatat korban meninggal 2 orang, kini menjadi 4 orang. Mereka adalah Wisnu (8) warga Kampung Sukasetia Kelurahan Sukaasih dan Irah (35) Warga Sukanagara Kecamatan Purbaratu. Ditambah Nia (35) Kampung Awiluar Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu dan Suhaeli (75) warga Ciledug Tamansari.


Demikian juga di Ciamis, sebelumnya korban meninggal 2 orang, menurut data terakhir Pemkab Ciamis, korban meninggal meningkat menjadi 6 orang. Mereka adalah Neni (84) dan Wihara (74), kedua warga Dusun Sukaratu Desa Sindangjaya Kecamatan Mangunjaya. Lalu Tukiah (60) warga Dusun Ciporohan Desa Sidaharja Kecamatan Pamarican, Hj Marhamah (67) Dusun/Desa Sukasetia Kecamatan Cihaurbeuti, Pendeta Jon Voyke Talit (62) warga Dusun/Desa/ Kecamatan Banjarsari, dan Ratminah (75) warga Dusun/Desa/Kecamatan Purwajaya.


Sementara di Kabupaten Tasikmalaya korban meninggal sesuai data terakhir tetap 5 orang. Yakni Rukmita (52) warga Kecamatan Sodonghilir, Yuliana (12) warga Desa Karangmukti Kecamatan Salawu, Hendra (7) warga Desa Sukasetia Kecamatan Cisayong, Enoh (65) waraga Desa Jayapura Kecamatan Cigalontang dan satu lagi belum teridentifikasi.


Begitu pun di Garut, korban meninggal untuk sementara tetap 5 orang. Antara lain, Yuyus (73) dan Novi (16) warga Desa Pamalayan Kecamatan Cikelet, Amud (55) dan Teti (13) warga Kampung Nelayan Kecamatan Cikelet, Mamah (80) warga Desa Neglasari Kecamatan Cisompet, Cepi (15) warga Kampung Pabuaran Desa Mancagahar Kecamatan Pameungpeuk dan Iyat (80) warga Desa Mandalakasih Kecamatan Pameungpeuk.
Sementara kerusakan rumah dan bangunan lainnya di empat daerah tadi bertambah. Di Kota Tasikmalaya, dari data humas pemkot, jumlah rumah yang hancur sebanyak 17 unit, rusak berat 1.697 unit dan rusak ringan 5.489 unit. Fasilitas umum pun mengalami kerusakan berat dan ringan, yakni 5 sekolah, 2 rumah sakit, 2 pesantren, 4 institusi pemerintah dan 53 sarana ibadah.



Hal sama juga di Kabupaten Tasikmalaya. Dari data humas pemkab, rumah yang hancur mencapai 1349 unit, rusak berat 9.818 unit dan rusak ringan 21.442 unit. Sementara sekolah yang hancur mencapai 17 unit, rusak berat 101 unit dan rusak ringan 85 unit. Demikian juga dengan kantor pemerintahan, sebanyak 3 unit hancur, 62 rusak berat dan 49 rusak ringan. Masjid juga mengalami rusak, yakni 13 rusak berat dan 4 rusak ringan. Juga madrasah 74 unit rusak parah.


Di Ciamis, rumah yang mengalami rusak pun sangat banyak. Sesuai data Humas Pemkab Ciamis, rumah yang hancur mencapai 453 unit, rusak berat 6.095 unit, rusak ringan 8.297 unit. Sementara fasilitas umum seperti seperti bangunan masjid yang rusak 112, sekolah 35 unit, dan kantor serta jembatan 12.
Kerusakan juga terjadi di Banjar. Data terakhir Humas Pemkot Banjar menyebutkan, akibat gempa rumah yang hancur dan rusak berat mencapai 6.256.


Di Garut rumah rusak akibat gempa mencapai belasan ribu unit. Rinciannya rusak berat 5.024 unit, rusak sedang 1.311 unit, rusak ringan 7.567 unit. Sedangkan sekolah yang mengalami rusak berat sebanyak 279 unit, rusak sedang 2 unit, rusak ringan 50. Begitu pun dengan masjid, sebanyak 74 mengalami rusak berat, 16 rusak sedang dan 182 rusak ringan. (tin/sep/rip/der/kun/ari)

DATA KORBAN SE-JABAR
Sementara itu berdasarkan data yang diterima Pusdalops Badan Nasional Pengendalian Bencana (BNPB) hingga Kamis sore, korban gempa keseluruhan mencapai 57 orang. Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi Dan Humas BNPB, Priyadi Kardono kepada koran ini, kemarin.
Menurut Priyadi, korban terus bertambah karena banyak warga yang tertimbun puing-puing dan belum dievakuasi. “57 korban jiwa ada yang dibawa ke rumah sakit dan ada yang langsung dimakamkan keluarga,” ungkapnya.

Adapun korban jiwa terbanyak berasal dari Kabupaten Cianjur, yakni 21 orang. Sementara daerah lainnya yakni Kabupaten Garut 10 orang, Tasikmalaya 9 orang, Kabupaten Bandung 8 orang, Kabupaten Ciamis 4 orang, Kabupaten Sukabumi 2 orang, Kabupaten Bogor 2 orang dan Kabupaten Bandung Barat 1 orang.
Selain korban jiwa, BNPB mencatat korban luka berat ada 10 orang dan korban luka ringan 138 orang.

Bertambahnya korban jiwa dibarengi pula dengan data kerusakan rumah. Catatan Pusdalops BNPB, data kerusakan terbanyak terdapat di Kabupaten Ciamis yaitu 5.085 unit rumah roboh atau rusak berat. Selain itu rumah rusak ringan sebanyak 6.211 serta 21 unit sekolah, 77 unit tempat ibadah dan 2 unit kantor juga mengalami kerusakan. “Secara keseluruhan, tercatat total rumah roboh/rusak berat sebanyak 11.039 unit, rusak sedang 15 unit dan rusak ringan 13.464 unit. Data ini mencakup 10 kab/kota di Jawa Barat. Hingga saat ini, belum ada penambahan data kerusakan untuk fasilitas umum lainnya,” ungkap Priyadi.

Sementara itu data jumlah pengungsi menurut BNPB belum meningkat. Sampai Kamis sore tercatat jumlah pengungsi sebanyak 3.118 jiwa. Jumlah pengungsi di Kabupaten Tasikmalaya sebanyak 450 jiwa, Kabupaten Kuningan sebanyak 180 jiwa, Kabupaten Ciamis sebanyak 100 jiwa dan Kabupaten Cilacap sebanyak 2.388 jiwa.Sebelumnya, kesibukan nampak di ruangan Humas BNPB. Semua petugas mengecek sejumlah data korban jiwa dan data bangunan rusak lalu memasukannya ke website BNPB supaya dapat diketahui oleh masyarakat luas. (cdr)



Bantuan Gempa Belum Merata


Korban Kekurangan Makanan dan Air Bersih
TASIK– Gempa Tasikmalaya yang mengguncang Pulau Jawa, Bali hingga Sumatra, Rabu (2/9) dirasakan kuat hingga ke pelosok. Daerah yang terkena dampak gempa tersebar dan meluas. Sehingga dipastikan ada beberapa lokasi yang belum mendapat penanganan tanggap darurat.

Daerah tersebut di antaranya, Kecamatan Cisayong, Sukahening, Taraju, Sodonghilir, Salawu dan daerah lainnya. Sementara di Kota Tasikmalaya yakni Kecamatan Purbaratu. Di Ciamis, warga yang memerlukan bantuan yakni di Kecamatan Cikoneng dan Sindangkasih.

Wakil Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya sementara, Agoeng Novansyah Soemardi SH MSi, saat berkunjung ke lokasi bencana di Kampung Cirama Desa Karangmukti Kecamatan Salawu, mengatakan di lokasi tersebut ada ratusan rumah yang rusak parah, bahkan sebagian besar dipastikan rata dengan tanah. “Warga membutuhkan bantuan makanan pokok, air bersih, dan tenda,” ungkapnya kepada Radar, kemarin.


Agoeng menyatakan bahwa sejauh ini belum ada bantuan tanggap darurat ke lokasi tersebut. Agoeng khawatir jika penanganan bencana gempa kali ini, tidak bisa menyeluruh, hanya terkonsentrasi di satu titik, akibat minimnya informasi laporan kejadian dari tingkat pemerintah desa hingga kecamatan.

Sedangkan anggota DPRD dari Fraksi Partai Golkar Mochamad Arief Arseha SE menyatakan bahwa pemerintah juga harus memperhatikan aspek psikologi para korban gempa. Sebab, menurut Arief, hingga saat ini masih banyak warga yang panik. Banyak di antaranya tetap memilih tidur di luar rumah karena khawatir adanya gempa susulan. “Faktor keamanan lokasi juga harus diperhatikan. Kemarin diketahui ada pencuri dadakan, harus segera ada tindakan dari dinas terkait,” paparnya.

Di Kecamatan Cisayong, tepatnya Kampung Pasirjaya Desa Cikadu diketahui ada sebanyak 20 rumah ambruk serta 400 rumah lainnya rusak parah. Anggota DPRD dari Fraksi PKS, Ucu Dewi Saripah memastikan bahwa lokasi tersebut belum mendapat bantuan tanggap darurat. Padahal warga setempat sangat mengharapkan pertolongan pasca-bencana. Ucu juga memaparkan bahwa dampak gempa juga mengakibatkan 40 rumah di Kampung Cikerenceng Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung luluh lantah. “Kami minta agar bantuan bisa segera dialokasikam ke daerah-daerah yang belum tersentuh bantuan,” tegas Ucu.

Sementara itu, melihat kepanikan warga korban gempa, Ucu berpendapat harus segera ada data dan informasi lanjutan tentang gempa susulan. Jangan sampai korban gempa terus dibayang-bayangi ketakutan gempa susulan. “Adanya informasi gempa susulan, sempat membuat warga panik. Tapi itu kan bukan yang akan terjadi, melainkan gempa susulan yang terus terjadi sejak gempa utama yang terdeteksi seismograf, alat itu kan sensitif nol koma sekian saja bisa terdeteksi. Diharapkan warga jangan bingung dan panik,” papar Ucu.

Berdasarkan pantauan anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya dari Fraksi Golkar, Aris Jauhari, di Kecamatan Cisayong diketahui masih banyak warga korban gempa yang mengalami shock. Bahkan beberapa desa terlihat mencekam, dengan banyaknya puing-puing reruntuhan rumah yang masih berserakan. “Aliran listrik ke rumah yang rubuh sudah diputus,” paparnya.

Hingga kemarin, sejumlah warga Kampung Sukasetia RT 02, 03, 04 dan 23 RW 06 Kecamatan Cisayong yang rumahnya hancur, masih tinggal di tenda darurat. Ada 9 tenda di daerah itu, semuanya hasil inisiatif warga.
Di Desa Sukasetia jumlah korban yang tidur di luar rumah sebanyak 2.490 jiwa dari jumlah keseluruhan 5.065 jiwa. Kades Sukasetia Eli Sutardi Praja mengungkapkan jumlah rumah yang hancur sebanyak 443 unit dan rusak ringan 285 unit.

“Pasca- gempa, 2.490 jiwa tidur di kamp pengungsian karena rumahnya sudah tidak layak huni. Dan saat itu bantuan logistik belum turun, hanya saja ada kunjungan Pak Wakil Bupati (H E Hidayat MH). Beliau memberikan bantuan beras 450 kilogram, namun itu belum cukup,” paparnya.

Menurut perhitungan pemerintah desa bersama unsur muspika, bantuan logistik yang diperlukan untuk korban pengungsian di tenda, yakni beras 2.500 kilogram, mi instan 125 kardus dan ikan kaleng 1.245. “Itu kebutuhan per hari,” tandas Eli.

Bukan hanya Desa Sukasetia, rumah yang hancur dan rusak akibat gempa juga terjadi di desa lainnya. Dari data Kecamatan Cisayong menyebutkan di Desa Purbasari tedapat rumah hancur sebanyak 50 unit, rusak parah 85 unit dan rusak ringan 180 unit. Di Desa Cisayong, rumah roboh 16 unit, rusak parah 85 unit dan rusak ringan 174 unit. Desa Cileuleus terdapat 26 rumah rusak parah dan 45 rusak ringan. Desa Mekarwangi terdapat 9 rumah hancur, 49 rumah rusak parah dan 231 rumah rusak ringan.


Sedangkan di Desa Jatihurip terdapat 43 rumah rusak parah dan 47 rusak ringan. Desa Sukasukur terdapat 3 rumah hancur, 17 rusak parah dan 89 rusak ringan. Di Desa Sukaraharja, 17 rumah rusak parah dan 94 rusak ringan. Desa Sukajadi terdapat 17 rumah rusak parah dan 94 rusak ringan. Desa Santanamekar terdapat 15 rumah hancur, 117 rusak parah dan 247 rusak ringan.

Sementara itu, di wilayah Tasikmalaya Selatan (Tasela), korban rumah hancur dan rusak merata di seluruh daerah. Di Kecamatan Cipatujah tercatat sekitar 1.200 rumah rusak berat dan ringan, Kecamatan Bantarkalong 1.908 unit, Cibalong 1.949 unit, dan Kecamatan Parungponteng 718 buah. Sebagian korban juga belum mendapatkan bantuan yang memadai dari pemerintah dan pihak terkait.

Hal sama juga terjadi di Kecamatan Sodonghilir. Hampir semua korban gempa kekurangan makanan, air bersih, selimut dan lainnya. Misalnya di Desa Sukabakti, sebanyak 430 jiwa kekurangan makanan. “Itu baru di Sukabakti. Belum di desa lainnya,” terang salah seorang warga setempat, Nana Sumarna.
Sedangkan di Cigalontang, sebanyak 500 warga korban gempa yang tinggal di tenda penampungan mengaku kesulitan air bersih. Selain akibat kemarau, debit air di daerah itu kian hari kian menyusut. Sejauh ini, warga hanya bisa mengandalkan persediaan air bersih dari kiriman PDAM Tirta Sukapura, sebanyak 2 hingga 3 tengki per hari.

Korban gempa di Kota Tasikmalaya pun sebagian ada yang terkatung-katung. Misalnya korban warga Kelurahan Singkup Kecamatan Purbaratu. Salah seorang warga, Uun mengaku sejak terjadinya gempa (2/9), ia belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. ”Sampai sekarang kami belum mendapatkan bantuan. Padahal banyak pakaian dan makanan yang tertimpa bangunan,” terang Uun kepada Radar, kemarin.

Selain pakaian, lanjut Uun, warga juga membutuhkan bantuan material untuk merenovasi rumahnya yang hancur digoncang gempa. Bantuan itu seperti semen, pasir dan juga kayu. ”Rumah saya kan rusaknya parah, jadi saya butuh bahan bangunan,” tambahnya. Pengungsi yang terkatung-katung juga terjadi di Ciamis. Di Desa Darmacaang, 334 rumah hancur dan rusak. Akibatnya ratusan kepala keluarga terpaksa tidur di tenda buatan sendiri.

Menurut Kepala Desa Darmacaang Ajo Warjo, masyarakat yang berada di pengungsian sampai sekarang masih menggunakan tenda sendiri. Mereka juga kekurangan makanan, pakaian dan terutama selimut. Sebab, tidur di tenda sangat dingin, apalagi di malam hari. “Seandainya mereka tidak memakai selimut dikhawatirkan pasca-bencana ini akan mengundang bencana baru, yaitu penyakit,” kata Ajo.


Selain di Darmacaang, warga Sindangkasih yang rumahnya rusak dan hancur pun tinggal di tenda. Warga tadi yakni dari Kampung Ciherang I dan Citungku. Mereka tidak menempati rumah karena masih trauma dan khawatir gempa susulan muncul. Bahkan pada sore gempa, dini harinya mereka terpaksa saur di tenda.
Hingga kini warga masih tetap bertahan di tenda. Mereka enggan balik lagi ke rumah karena masih ketakutan. ”Saya masih takut pulang ke rumah, sebelum ada keterangan resmi dari pemerintah bahwa tidak ada lagi gempa susulan,” terang Sopiah Hendrayani (35) warga Kampung Citungku RT 13/5 Desa Sukamanah Kecamatan Sidangkasih.

Kepala Dusun Citungku Aang Hapidin mengaku hingga kini, warga belum dapat bantuan apa-apa. Bahkan menu makan untuk saur pun seadanya. Yang penting warga bisa saur,” terang Aang. Fenomena yang sama juga terjadi di Kabupaten Garut. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Serikat Petani Pasundan (SPP) Agustiana menyebutkan hingga dini hari tadi, korban gempa di daerah Leuwipari, Cikelet, Karyasari dan Cisompet terkatung-katung. Mereka kekurangan makanan, tenda, obat-obatan, dan makanan bayi. “Mereka kurang perhatian dari pemerintah,” katanya dini hari tadi.


Di Kota Banjar, tepatnya di Dusun Kersaratu Desa Sindangjaya, pasca-gempa, warga masih ketakutan untuk tinggal di rumah. Warga campuran Jawa-Sunda ini terlihat shock berat. Mereka juga lebih memilih tinggal di tenda darurat di pinggir jalan, sawah, lapang atau bekas rumah hancur. Sebagian lagi di tenda peleton yang dibangun anggota Pasukan Batalion Infanteri 323/Raider yang sudah standby sejak gempa Rabu (2/9) lalu.
Namun nasib mereka cukup beruntung. Untuk sekadar makan dan minum, mereka mendapat bantuan dari Batalion Infanteri 323/Raider dan Kodim 0613. (rip/sla/jul/sep/der/kun)