Audiensi Soal DAK Batal, Korban Lapor Polisi
TASIKMALAYA – Rencana Koalisi Mahasiswa dan Rakyat Tasikmalaya (KMRT) melakukan audiensi dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Tasikmalaya mengenai Dana Alokasi Khusus (DAK) 2007, kemarin, kembali gagal.
Kali ini kegagalannya bukan disebabkan ketidakhadiran Kadisdik H Abdul Kodir. Tapi, gara-gara aktivis KMRT mendapat serangan fisik secara mendadak dari sekelompok massa. Diduga, massa itu melakukan aksinya karena tersinggung dengan aksi penyegelan kantor Dinas Pendidikan beberapa waktu lalu oleh KMRT.
Aksi kekerasan terhadap peserta audiensi itu terjadi di halaman depan Gedung Sekretariat Daerah (Setda) dan DPRD Kabupaten Tasikmalaya, menjelang berkumandangnya azan zuhur di Masjid Agung Tasikmalaya, yang berdekatan dengan gedung pemerintahan tersebut.
Dalam pantuan Radar, sebelum terjadinya aksi kekerasan, di depan gedung wakil rakyat dipenuhi ratusan massa. Sebagian mengenakan seragam warna hitam. Selain massa, aparat kepolisian dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sudah berada di tempat itu. Polisi dan Satpol PP bertugas menjaga pintu masuk gedung dewan dan setda.
Sekitar pukul 11.30, peserta audiensi muncul dengan menumpang mobil truk. Mobil bernopol Z 8447 HP itu langsung memasuki halaman setda. Di atas kendaraan itu terdapat puluhan orang. Mereka diantaranya mahasiswa dan anak-anak putus sekolah.
Setelah kendaraan itu diparkir, beberapa massa yang berada di depan gedung dewan menghampiri peserta audiensi yang masih berada di atas truk. Entah kenapa, tiba-tiba terjadi kericuhan.
Seorang peserta audiensi yang belakangan diketahui merupakan Dewan Pembina KMRT Azam dipukul bertubi-tubi oleh beberapa orang massa yang berseragam hitam. Untuk menghindari korban lebih parah, Azam diamankan petugas kepolisian ke dalam gedung setda. Namun saat di perjalanan, seseorang kembali mendaratkan kepala tangannya ke kepala Azam yang masih dikawal petugas kepolisian.
Bukan hanya memukul Azam, sekelompok massa itu juga membentak-bentak peserta audiensi lainnya sehingga mereka tampak ketakutan. Massa yang sedang emosi itu juga mengusir peserta audiensi dari gedung dewan. Akibatnya, audiensi yang sudah diagendakan dewan tersebut dibatalkan secara sepihak.
Suasana di halaman gedung wakil rakyat di saat insiden itu cukup menegangkan. Ada beberapa staf di setda lari kocar-kacir. Sebagian lagi malah keluar untuk melihat insiden memalukan itu.
Di gedung setda, Azam kelihatan meringis sambil memegang telinga bagian belakang. Tampak darah bercucuran dari telinga bagian belakang membasahi bajunya. Lantas, korban dibawa petugas kepolisian ke RSUD Tasikmalaya untuk divisum.
Saat diwawancarai sejumlah wartawan, Azam menceritakan kronologis insiden itu. Ia menerangkan pihaknya mendatangi dewan untuk melakukan audiensi yang difasilitasi DPRD. “Kami ke sini (gedung DPRD, red) untuk bicara baik-baik. Namun kenapa tiba-tiba ada yang menyerang kami,” terangnya.
Azam menyinyalir penyerangan itu dilakukan oleh orang suruhan Dinas Pendidikan Kabupaten Tasikmalaya. Tuduhan itu ia sebut berulang-ulang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Keyakinan Azam itu setelah mendengar ucapan si pemukul yang menyatakan dirinya guru Disdik. “Sebelum memukul, orang itu sempat mengatakan saya guru dari Disdik,” terangnya.
Ketua DPRD Kabupaten Tasikmalaya Ruzhanul Ulum membenarkan pihaknya akan memfasilitasi audiensi KMRT dengan Dinas Pendidikan dan beberapa unsur muspida berkenaan dengan DAK 2007. Namun audiensi itu dibatalkan akibat adanya insiden tersebut. “Ya terpaksa kami membatalkan audiensi secara sepihak karena insiden itu,” terang Uu --panggilan akrab Ruzhanul Ulum.
Akibat serangan mendadak itu, Azam mendapatkan lima jahitan. Menurut dr Andhika Chandra, dokter RSUD Tasikmalaya, Azam menderita luka robek dan bengkak di bagian belakang telinganya. Untuk menangani luka robek, dokter telah menjahit luka yang berukuran 3 x 1 x 1 cm.
Dengan penjagaan yang sangat ketat dari petugas kepolisian, Azam sempat terbaring lemas di ruang gawat darurat RSUD Tasikmalaya. Terkait insiden pemukulan terhadap seorang anggotanya, Presiden KMRT Jamaludin, Sekjen KMRT Badru dan kroban langsung melapor ke Polresta Tasikmalaya. Mereka melaporkan tiga pihak yang menurut KMRT dianggap bertanggung jawab.
“Kami anggap permasalahan ini ada dugaan sebuah konspirasi politik dan tidak terlepas dari sebuah tindakan pemerintrah daerah, sehingga dengan insiden ini kami melaporkan tiga nama, yakni bupati, Disdik dan pelaku itu sendiri,” pungkasnya. (dir/sep/dem)