Minggu, Maret 02, 2008

Ayo Mana Yang Paling Heboh.....?







Laga Persikotas dan PSIT Cirebon di Stadion Dadaha Tasikmalaya Sabtu (1/3) dimeriahkan oleh hiburan dangdut dan modern dance.

Persikotas 3 v PSIT Cirebon 1

Peluang Terbuka, Tata Sumbang 2 Gol
DUEL. Striker Persikotas Kota Tasikmalaya (bawah) berduel dengan pilar belakang PSIT Cirebon saat laga awal kompetisi Divisi III PSSI di Stadion Dadaha, kemarin.


DADAHA – Suryamin dkk, berhasil memenuhi harapan Baraya Persikotas—julukan pendukung Persikotas--, dengan mendulang poin penuh pada laga pembuka kompetisi Divisi III PSSI wilayah Jawa Barat di Stadion Dadaha Kota Tasikmalaya, sore kemarin.

Tata Setiadi, striker Persikotas yang kini masuk dalam skuad Persib Selection menyarangkan dua gol ke gawang PSIT Cirebon. Kejelihan Tata membaca umpan krosing il capitano Suryamin dari sisi kiri pada menit ke tujuh.

Namun keunggulan anak asuh Heru Sucipto tidak bertahan lama. Pada menit ke-39, gol balasan Achmad Subekti tak dapat dibendung oleh kiper Persikotas. Kedudukan kembali imbang. Posisi ini bertahan hingga turun minum.

Beberapa menit memasuki babak kedua, tepatnya menit ke-59, pilar PSIT Cirebon melakukan kesalahan di daerah terlarang. Alhasil, hadiah finalty diberikan wasit untuk Persikotas. Tata Setiadi yang ditunjuk sebagai algojo berhasil melakukan tugasnya dengan baik sehingga tuan rumah kembali unggul.

Menit ke-82, gelandang serang Persikotas Reva memperbesar keungulan timnya menjadi 3-1. Jalannya pertandingan cukup sportif. Hampir tidak ada prilaku kasar ditunjukkan pemain dari dua tim yang bermain. Terhitung hanya tiga kartu kuning dikeluarkan wasit pada laga kemarin.
Ditemui Radar usai pertandingan, Asisten Pelatih Persikotas Nurdin SPd mengaku cukup puas dengan hasil yang dicapai Suryamin dkk. “Hasilnya memuaskan. Ini merupakan modal kami untuk lolos pada babak ini. Tinggal bagaimana melakoni pertandingan selanjutnya,” ungkap Nurdin.

Kemenangan ini, lanjut dia, merupakan pemacu semangat bagi skuadnya untuk melakoni laga kedua melawan Saint Prima Bandung. “Ya, saya sangat berharap semangat tim tetap terjaga. Dan saya berpesan kepada pemain agar jangan cepat puas dengan hasil hari ini (kemarin, red). Hasil ini hanya awal dan masih dua pertandingan lagi yang harus dijalani,” bebernya. “Kekuatan lawan kedua (Saint Prima Bandung, red) memang belum terbaca. Makanya kita akan lihat besok (hari ini, red) saat Saint Prima menjamu Perkesit Cianjur. Tapi itu nanti dulu. Yang penting kita berbangga hati dulu atas hasil kali ini,” tandasnya.

Soal tiga gol yang hasilkan Tata Cs, Nurdin SPd berpendapat bahwa hal ini sesuai dengan skema yang diterapkan saat latihan. “Tiga gol itu bukan kebetulan. Ini merupakan hasil kerjasama tim dari skema penyerangan yang diinstruksikan pelatih,” bebernya.
Kekompakan tim, akunya, saat babak awal sangat kurang. “Maklum lah, mereka minim pengalaman. Tetapi setelah kedudukan 1-1, mereka (pemain, red) cepat mengubah pola dan bermain lebih kolektif. Itulah yang membuat kami menang kali ini,” bangganya.

Atas hasil pertandingan kemarin, Manager PSIT Cirebon Didi Sunardi SE, Asisten Manager PSIT Kota Cirebon mengaku kecewa. Menurut dia, kekalahan timnya lebih dipengaruhi faktor kepemimpinan wasit yang dinilai kurang fair. “Soal kekuatan, saya kira Persikotas dan PSIT seimbang, bahkan dalam segi permainan PSIT lebih bagus. Hanya saja, saat pertandingan tadi (kemarin, red) kami dirugikan wasit. Masa, saat pemain kami sedikit bermain keras dinyatakan pelanggaran? Hal itulah yang menjadikan pemain kita menjadi down” herannya.

Sementara pemain lawan yang menekel cukup keras dianggap bukan pelanggaran, imbuhnya. “Semua orang melihat, dan juga wartawan. Beberapa pelanggaran Persikotas dibiarkan saja, tapi pemain kita (PSIT, red) kesalahan sedikit selalu diklaim sebagai pelanggaran. Saya meminta, agar Pengda PSSI bisa menugaskan wasit yang benar dan berkualitas, boleh saja mendukung pemain tuan rumah tapi yang wajar dong caranya”, ujarnya jengkel.

Didi mengaku pasrah dengan kenyataan itu, bahkan dirinya mengakui bahwa, timnya kurang persiapan, karena pemberitahuan bertanding dari Pengda PSSI datangnya sangat mendadak. “Kami persiapan untuk bertanding hanya dalam waktu tiga hari. Ya kita akui saja hasil pertandingan, teman-teman memang masih dalam proses pembinaan”, ujar Didi merendah.
Kita masih punya harapan dua kali pertandingan lagi, lanjutnya. “harapan untuk maju ke Divisi II saya optimis bisa, masih banyak peluang. Saya berharap teman-teman tetap figh, dan berjuang maksimal” pungkasnya. (hum)

Nonton Sepak Bola Divisi III di Dadaha

GM Radar Tasikmalaya Dadan Alisundana dan Pemimpin Perusahaan Acep Aryana bersama Ketua Umum Persikotas Ir H Endang Suhendar MS (tengah bertopi)menyaksikan laga Persikotas dan PSIT Cirebon di Stadion Dadaha Kota Tasikmalaya, 1 Maret 2008. Dalam laga pembukakompetisi Divisi III PSSI wilayah Jawa Barat itu Persikotas unggul atas PSIT 3-1.

Cinderamata dari Hajni

SERAHKAN. H Imat Ruhimat, Owner Hajni menyerahkan cenderamata kepada Pemimpin Perusahaan Radar Tasikmalaya, Acep Aryana saat berkunjung ke GRAHA PENA Radar Tasikmalaya 1 Maret 2008.

SL TOBING – H Imat Ruhimat, owner Pusat Perlengkapan Haji dan Busana Muslim, memberikan kejutan saat ulang tahun Radar Tasikmalaya ke-4, kemarin. Dia menyerahkan cenderamata, berupa bingkisan serta banner berlogo Radar Tasikamlaya dan Hajni.
“Semoga menempati kantor baru ini dapat meningkatkan motivasi kerja para pengelolanya. Semoga semakin terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan kebutuhan masyarakat Tasikmalaya yang semakin kompleks,” terang H Imat.

Imat menambahakan, bagi Hajni keberadaan media masa seperti Radar Tasikmalaya memberikan kontribusi yang cukup baik dan positif. Juga merupakan mitra yang saling menungjang pengembangan usaha. “Hajni dengan koran Radar, selama ini telah bekerja sama dalam mempromosikan produk-produk Hajni. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pimpinan, staf atau karyawan di jajaran Radar. Dan kami mengharapkan kerja sama dapat ditingkatkan lagi,” terang pria penyuka otomotif.

Lanjutnya, tumbuh kembangnya media massa di suatu daerah antara lain di pengaruhi oleh partisipasi masyarakat dalam mengawasi pembangunan di daerahnya. Hal itu menurut Imat, merupakan tolak ukur tingkat intelektual masyarakat. Imat berharap, Pemkot Tasikmalaya dapat berperan aktif memanfaatkan media massa dalam menyampaikan informasi. “Selamat atas diresmikannya gedung baru Radar, semoga Radar terus maju dan sukses selalu,” pungkasnya. (ttm)

Ultah dengan Kue Bolu Atau Tart

FOTO KENANGAN HUT-1 RADAR. Dengan wajah penuh keceriaan para kru Radar Tasikmalaya--yang sebagian diantaranya telah keluar--merayakan ultah ke-1 Radar Tasikmalaya dengan dua potong kueh bolu di kantor lama di JL Cipedes I No. 44 Tasikmalaya.

Walikota Tasikmalaya H Syarif Hidayat didampingi mantan Kapolresta Tasikmalaya AKBP H Artsianto Darmawan memotong kueh ulang tahun untuk diserahkan kepada GM Radar Tasikmalaya Dadan Alisundana bertempat di Graha Pena Radar Tasikmalaya Jl Mayor SL Tobing No. 99 Tugujaya Tasikmalaya.





Kado Ulang Tahun dari Walikota

Hari kemarin, 1 Maret 2008, Radar Tasikmalaya genap berusia 4 tahun. Tidak ada perayaan secara khusus, kecuali menjalankan tradisi rutin setiap ulang tahun. Seluruh kru Radar wajib ikut jualan koran di setiap perempatan jalan Kota Tasik. Tradisi unik ini bertujuan agar kru merasakan bagaimana perjuangan para pengecer.



Tapi yang menghebohkan kru Radar, berkunjungnya mantan Kapolresta Tasikmalaya AKBP H Artsianto Darmawan. Yang unik, begitu masuk ke ruang redaksi di lantai dua, perwira menengah ini terlihat elekesekeng. “Aduh, mau merokok nih,” bisiknya sambil membuka tirai jendela. “Tuh ada warung, ke sana yuk ngopi,” ajaknya ke Agustiana, manajer pemasaran yang menemaninya keliling-keliling ruangan.


Di sana, pria kelahiran Jogjakarta ini terlihat enjoy. Ngobrol ngaler ngidul. Saya yang datang belakangan pun bergabung. Diikuti Kapolsek Cihideung AKP Hamzah Nasip yang dikawal dua anak buahnya. Puas ngopi dan merokok, kembali masuk ke kantor Radar. Melanjutkan ngobrol di ruangan Saya. Lagi asyik ngobrol, tiba-tiba pintu ada yang mengetuk. “Pak, ada Pak Wali Kota,” ujar Lilis yang membuka pintu diikuti seorang wanita menenteng Kue Tart.


Saya dan AKBP Artsianto terkejut begitu melihat Wali Kota Tasikmalaya H Syarif Hidayat muncul. Begitu juga wali kota, terkejut melihat mantan kapolresta. “Loh, ada di sini?” tanya wali kota sambil mendekat dan berjabat tangan setengah merangkul.


“Ya, nih. Radar ulang tahun,” ujar Artsianto sambil tersenyum. Wali kota beralih memandang Saya. “Selamat ulang tahun ya. Semoga Radar makin maju dan sukses,” ujar wali kota sambil menyalami. Setelah beberapa saat ngobrol, wali kota pamit karena ada agenda lain.


“Nanti dulu. Kita potong kuenya,” cegah Saya sambil mengajak ke ruang redaksi. Berkumpul dengan para wartawan ngariung kue tart. Tak lama ikut muncul juga Kang Aas, ketua Gaza.
Usai berdoa dan memotong kue, wali kota pamit. Juga AKBP Artsianto yang ditunggu mancing rekannya di Ciamis.(dadan)

Sisi Lain Perayaan 4 Tahun Radar Tasikmalaya

Dari GM Hingga Wartawan Jualan Koran di Stopan

General Manager Radar Tasikmalaya Dadan Alisundana ditemani Acep Aryana (Pimpinan Perusahaan), Radi Nurcahya (manager iklan) dan Khumaedi berjualan koran di Perempatan Jalan Doktor Sukardjo (Dokar)


Tanggal 1 Maret 2008, Radar Tasikmalaya genap berusia 4 tahun. Tradisi menyambut ulang tahun itu, kemarin seluruh karyawan dan wartawan turun ke jalan jualan koran. Layaknya pengecer asli, mereka menawari setiap pengendara mobil, sepeda motor di setiap yang berhenti di lampu stopan. Ada yang laku banyak, namun ada juga yang nihil.
***

Sekitar pukul 06.00, awak redaksi, iklan, promosi dan tentunya pemasaran, siap-siap menenteng koran terbitan hari Sabtu (1/3). Ada yang bawa lima, enam, atau sepuluh eksemplar. Penjual koran dadakan ini disebar di beberapa titik secara berkelompok.

Perempatan Mitrabatik, posnya Redaktur Pelaksana Ruslan Caxra nongkrong bersama Anep Paoji dan Farid Assifa. Di pertigaan Cimulu, jadi pilihan Manager Pemasaran Agustiana dan Tina Agustina. Perempatan Dokar jadi areanya General Manager Radar Tasikmalaya Dadan Alisundana ditemani Acep Aryana (Pimpinan Perusahaan), Radi Nurcahya (manager iklan) dan Khumaedi.

Simpangan Jalan Tentara Pelajar-Jalan Rumah Sakit, Midi Tawang bersama Husni Mubarok, Mahendra serta Charles Bale. Perempatan Padayungan, Hendar duet dengan Teten Jamaludin. Di perempatan Alun-alun Tasikmalaya Abdul Haris, Faisal, Sona, Fahrul. Lalu perempatan Masjid Agung Tiko Heryanto dan Juli. Gunung Sabeulah Dadang AR, Dede Mulyadi dan Iman SR. Di Perempatan Sutsen, Bambang, Jamal Affandi, Dede Supriadi dan Maman.

Teten yang berpasangan dengan Hendara, girang saat mampu menjual koran 23 eksemplar. Juga kelompok Dede Supriadi di Perempatan Sutsen yang menghabiskan seluruh koran yang dibawa pengecer yang biasa mangkal di lokasi itu. Ruslan Caxra mengaku plong ketika 6 eksemplar koran yang ditentangnya ada yang beli.

Teten, mengaku, sebelumnya sedikit ragu, apakah koran hari itu akan terjual atau tidak. Namun dengan semangat empat limanya, wartawan Ciamis bersama Hendra wartawan Metropolis ini, menghabiskan 23 eksemplar. Itu pun kata pria bujangan berkacamata ini, setelah sebelumnya membantu pengecer di perempatan Padayungan, Mahpudin. “Dalam pikiran saya, sedikit ragu. Apakah akan laku atau tidak. Namun tak apa-apa, saya coba, sambil menguji mental,” katanya.

Setibanya di perempatan Padayungan, Teten dan Hendara menyebar, tidak dalam satu titik. Hendra menenteng di arah Jalan Siliwangi dan Teten dari Arah Jalan SL Tobing. Sedangkan Mahfudin mangkal dari arah Padayungan. “Saya menawarkan kepada setiap pengendara. Koran-koran. Korannya Pak,” kata Teten mengulang tawarannya saat jualan.

Namun di sela-sela menawarkan kisah Teten, tiba-tiba ada yang menyapa dari sebuah mobil Carry. “Naha geuning ayeuna mah di jalan. Mani kersaan,” kata Teten menirukan orang dalam mobil itu. Namun dia tidak mengetahui siapa yang menyapa. “Sambil ngaladangan dan mengembalikan uang Rp500, saya jelaskan, kegiatan ini dalam rangka ulang tahun Radar Tasikmalaya ke 4. Saya tidak tahu orang itu. Mungkin dia sering melihat saya saat meliput kegiatan pada di berbagai even,” kata Teten.

Cerita lain kata Teten, ia sempat dikira calon karyawan magang. Saat itu, ia menawarkan koran kepada salah seorang polisi yang bertugas di sana. Teten juga pernah dikira calon penumpang. Beberapa angkot 010 sempat menawarinya. “Mungkin mereka mengira, saya nunggu angkot karena saya bersepatu, juga nenteng komunikator di pinggang,” katanya.

Lain Teten, lain yang dialami kelompok Dede Supriadi di perempatan Sutisna Senjaya. Dede tiba-tiba ditelepon oleh R Hasan Romada manajer PT PLN UPJ Banjar Kota. “Ada acara apa, semua kru Radar turun ke jalan, jualan koran,” kata Dede menirukan pertanyaan Hasan melalui telepon itu.

Rupanya, Hasan sedang berhenti di stopan dan melihat banyak kru Radar sedang jualan. “Saya jelaskan, ini lagi ada acara ualang tahun Radar Tasikmalaya, sudah tradisi setiap tahun menjual koran,” kata Dede dalam teleponnya. “Wah hebat, pantesan Radar hampir ada di sepanjang jalan,” ungkap Dede menirukan. “Ya udah, sukses,” kata Dede menirukan kembali ungkapan Hasan di ujung telepon. Lampu merah bergenti hijau, kendaraan pun laju kembali.

Hal serupa dialami kelompok Ruslan Caxra yang betiga bersama Anep Paoji dan Farid Assifa menjual di Perampatan Mitra Batik. Anep menunjukkan koran ber-headline “Tarif Listrik Progresif Diberlakukan” kepada pengendara mobil sedan. Pengendara sedan itu melambaikan tangan. “Eh ternyata Demi Hamzah. Anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya. Ayo beli kata Saya. Demi bilang, ia tadi juga mau beli. Ni 1000. Eh 1500 dong, kata saya. Demi pun memberikan uang Rp2000,” terangnya menirukan saat jualan koran.

Ia juga bertemu dengan anggota DPRD Kabupaten Tasikmalaya dari PKS, Ucu Dewi Syarifah. Saat menunjukkan koran kepada pengendara lain, ia disapa Ucu yang dibonceng suaminya. “Kok sekarang mah turun ke jalan. Saya jelaskan, ini sedang ulang tahun Radar. Semua awak harus turun, jualan koran. Ia juga akan membeli. Namun saya berikan saja korannya, karena lampu sudah hijau,” kisah dia menjelaskan saat koran keduanya terjual.

Lain lagi dialami Juli yang jualan bersama Tiko Heryanto di perempatan masjid agung. Saat koran ada yang mau beli, malah Juli teriak-teriak. Sambil memegang uang Rp5.000, ia manggil-manggil Tiko, minta kembalian. “Akhirnya ia malah jadi perhatian pengendara, karena teriak-teriak sambil pegang uang,” terang Tiko.

Tentu saja, itu hanya sekelumit cerita yang dialami para pengecer koran dadakan. Memang, setiap hal yang baru selalu diwarnai cerita menarik. (red)