Selasa, Januari 15, 2008

Pengusaha Tempe Klimpungan

CIPEDES – Pengusaha tempe mulai kelimpungan menyusul naiknya harga kacang kedelai dari Rp6.500 menjadi Rp7.600. Kenaikan harga ini mulai dirasakan para pengusaha tempe sejak awal tahun 2008.
Menurut Ujang Nana pemilik pabrik tempe di Jalan Ampera, kenaikan harga kacang kedelai tak diserati dengan kenaikan harga jual produksi. Menyiasati agar tetap stabil, Ujang Nana menggambarkan tiap kilo gram kacang kedelai biasa dibuat 8 gebleg (bungkus) tempe dibuat menjadi 10 gebleg. Dengan ukuran tiap geblegnya diperkecil. "Saya sudah coba menyiasatinya dengan cara memperkecil tempe tiap gebleg (bungkus, red)). Normalnya, setiap kedelai satu kilogram, dicetak menjadi delapan gebleg. Maka dibuat dari satu kilogram menjadi 10 gebleg. Yang dijual masing-masing Rp1.000," keluh Nana.
Kesulitan yang dirasakannya yakni tiap warung menolak membeli tempe bila harga beli ikut naik. "Dengan alasan warung pengecer hanya mampu menjual seharga Rp 1.200 ke konsumen. Sementara tiap warung tetap bertahan mampu membeli tiap geblegnya Rp1000. Ya itu tadi, caranya memperkecil adonan dan itupun sudah dikeluhkan pembeli di tiap warung," ujarnya.
Menurut Nana, usaha pembuatan tempe akan menghasilkan untung yang lumayan jika harga kedelai Rp4000 per kilo gram. Ini sempat dialaminya pada tahun 2005-2006 lalu. "Sekarang mah boro-boro bisa berkembang, bisa bertahan saja sudah untung. Bila harga kedelai terus naik, saya tidak tahu harus bagaimana," kata dia.
Di tempat berbeda, Kasi Perdagangan Departemen industri dan Perdagangan Kota Tasikmalaya Budi Rahman, mengatakan bahwa kenaikan harga kedelai disinyalir kurangannya stok di pelabuhan Semarang. Kenaikan itupun menurutnya dianggap wajar, karena rata-rata kenaikan terjadi per satu minggu dua kali. Juga kata Budi, kedelai hanya naik sekitar 4 persen. Dari data informasi harga borongan dan eceran Sembako di Kota Tasikmalaya, harga kedelai super di Pasar Cikurubuk seharga Rp7.200 untuk harga borongan. Sedangkan untuk harga eceran, niak menjadi Rp7.500 per kilo gram.
"Ya bagaimana lagi, karena stok kedelai di Tasikmalaya mengandalkan dari Semarang. Sedangkan kedelai dari Semarang sendiri adalah kiriman dari Amerika yang datangnya lewat pelabuhan Semarang. Selama ini kalau untuk industri tempe atau tahu di Jawa maupun di Tasikmalaya, kedelainya ya kedelai impor dari Amerika. Sedangkan untuk kedelai lokal dari petani, hanya cukup untuk konsumsi langsung atau untuk sendir. Dan kita belum ada stok kedelai local," terangnya kemrin. (hum)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar