Selasa, Juni 24, 2008

Kesadaran Donor Darah Minim

PMI Kekurangan Stok Darah

CIKALANG TASIKMALAYA – Kesadaran masyarakat mendonorkan darah, masih minim sehingga stok yang ada di Unit Transfusi Darah Cabang (UTDC) PMI Tasikmalaya tak mencukupi. Dalam sehari, rata-rata kebutuhan darah mencapai 20 labu. Demikian dikatakan Kepala Cabang UTDC PMI Tasikmalaya dr Tata T Rahman.

Menurutnya kekurangan persediaan darah dikarenakan jumlah kebutuhan darah lebih besar daripada jumlah pendonor. “Dalam sehari rata-rata kebutuhan darah mencapai 20 labu. Sedangkan hasil dari donor darah tidak seimbang dengan kebutuhan. Dalam sebulan, PMI minimal harus menyediakan stok darah sebanyak 600 labu. Tarohlah dalam sebulan ada 4 kegiatan donor yang diadakan, untuk sekali kegiatan rata-rata dihasilkan 30 labu darah, berarti dalam sebulan terkumpul sebanyak 120 labu darah. Berarti kurangnya masih banyak,” ujar Tata, kemarin.

Kini pihaknya berupaya untuk mensiasati kekurangan darah itu dengan cara adanya donor sukarela dan donor pengganti atau keluarga. “Sebenarnya jumlah kelompok donor darah yang berada di Tasikmalaya kurang lebih ada 30 kelompok. Namun dalam pelaksanannya tidak maksimal. Sehingga kita meminta bantuan sesama UTDC PMI yang memiliki stok, untuk membantu UTDC PMI yang minim stok persediaan darah,” harap dia.

Untuk mendapatkan darah, biasanya mayarakat hanya dikenakan Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPPD) yang besarnya sekitar Rp130.000/labu. “Masyarakat bukan membeli darah tetapi mengganti biaya perawatan darah. Karena ini pun sudah berdasarkan ketentuan pemerintah PP No 18 tahun 1980, SK Dirjen Yan Med No.1147/YANMED/RSKS/1991,” ungkapnya.

Ke depan pihaknya mengharapkan agar instansi-instansi lebih banyak lagi melakukan kegiatan-kegiatan donor darah. Sehingga persediaan darah tetap terjaga “Kadang kegiatan donor darah biasaya hanya dikaitkan dengan momen-momen tertentu. Sehingga yang mengadakan hanya yang berkaitan dengan institusinya masing-masing. Harapannya supaya masyarakat lebih peduli kepada sesama yang membutuhkan darah sebagai pengobatan dan pemulihan,” pungkas Tata.

Minimnya stok darah di PMI juga dirasakan Iif, warga Singaparna. Ia harus menunggu dari pagi hingga siang sekadar untuk mendapatkan satu labu darah. Kebetulan, ia membutuhkan darah golongan A untuk keluarganya. “Saya menunggu dari pagi untuk mendapatkan darah, namun persediaannya minim. Saya butuh darah golongan A,” katanya. (jay)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar