Protes Rencana Eksekusi
Dua Terpidana Mati
CILACAP – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, kemarin sore kisruh. Beberapa napi mengamuk hingga menyebabkan sejumlah fasilitas rusak dan terbakar.
Untuk meredakan amukan mereka, polisi menerjunkan dua satuan setingkat kompi (SSK) pasukan Brimob. Mereka dibantu pasukan dari Polres Cilacap. Selain itu, dua unit mobil pemadam kebakaran (damkar) milik Pemkab Cilacap dikerahkan ke sana. Tapi, hanya satu mobil damkar yang bisa berangkat karena air laut pasang dan menyulitkan penyeberangan.
Satu unit crane milik CV Kharisma yang mengerjakan proyek di Nusakambangan juga dikerahkan untuk membantu pemadaman. Hingga tadi malam polisi yang dikirim ke Nusakambangan masih berada di lokasi. Puluhan polisi juga berjaga-jaga di Dermaga Wijayapura.
Informasi yang dihimpun Radar Banyumas (Grup Radar Tasikmalaya), kerusuhan itu dipicu kekesalan dua napi kasus narkoba yang akan dipindah ke Lapas Batu terkait rencana eksekusi. Dua napi warga negara Nigeria bernama Samuel Iwachekwu Okaye dan Hansen Anthony Nwaolisa itu telah divonis mati dan segera dieksekusi pekan ini.
Kemarin siang beberapa petugas datang ke sel keduanya untuk mengurus kepindahan mereka ke Lapas Batu sebagai persiapan eksekusi. Rupanya napi di blok tersebut tak terima dan memprotes pemindahan itu. Mereka mengamuk dan membakar ruang KPLP, kamar dan ruang kunjungan tamu. Selain itu, mereka memadamkan saklar utama lampu penerang. Peristiwa itu, terjadi sekitar pukul 15.00.
Informasi lain menyebutkan, kedua napi itu kesal saat petugas meminta tanda tangan terkait proses eksekusi. Mereka mengamuk sehingga teman-temannya sesama napi berusaha keluar dari sel.
Dalam sekejap suasana menjadi ricuh. Sejumlah sumber menuturkan, napi yang berada di selnya keluar beramai-ramai sehingga sipir lapas kewalahan. Pada saat genting itulah, muncul kobaran api. Tapi, hingga tadi malam, polisi belum menyimpulkan asal api. Yang jelas, akibat kobaran api itu, sebagian ruangan hangus.
Beberapa saat kemudian, petugas lapas menghubungi Polres Cilacap untuk meminta bantuan. Selain itu, dua SSK Brimob dikirim ke lokasi. Mobil damkar Pemkab Cilacap juga diseberangkan. Situasi di sekitar Dermaga Wijayapura hingga berita ini dibuat masih terlihat tegang. Puluhan polisi berseragam dan berpakaian sipil masih berjaga-jaga.
Di lapas sendiri, situasi sudah bisa dikendalikan. Tapi, belum diperoleh informasi apakah ada napi yang keluar dari tembok penjara atau tidak.
Kapolwil Banyumas Kombespol Boy Salamuddin mengatakan belum mengetahui secara persis penyebab kerusuhan karena penyelidikan masih dilakukan. Hasil penyelidikan, katanya, sangat penting untuk mengetahui penyebab kerusuhan tersebut.
Namun, untuk sementara, ada dua penyebab kerusuhan itu. Pertama, aksi spontan para narapida. Kedua, ada kemungkinan aksi terorganisasi untuk menimbulkan situasi tidak kondusif. ”Penyebab kerusuhan masih dalam penyelidikan. Hal ini untuk memberikan kepastian, apakah aksi tersebut termasuk reaktif atau terorganisasi,” katanya.
Upaya pengamanan, kata Kapolwil, jajaran Polres Cilacap dan Kompi Brimob Banyumas telah berjaga-jaga di lokasi. Selain itu, dilakukan koordinasi lintas instansi yang melibatkan kejaksaan setempat. ”Upaya melokalisasi kejadian sudah dilakukan petugas di lapangan. Juga sudah dilakukan tindakan-tindakan preventif,” kata Boy. (din/ap11/jpnn/nw)
CILACAP – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Pasir Putih, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, kemarin sore kisruh. Beberapa napi mengamuk hingga menyebabkan sejumlah fasilitas rusak dan terbakar.
Untuk meredakan amukan mereka, polisi menerjunkan dua satuan setingkat kompi (SSK) pasukan Brimob. Mereka dibantu pasukan dari Polres Cilacap. Selain itu, dua unit mobil pemadam kebakaran (damkar) milik Pemkab Cilacap dikerahkan ke sana. Tapi, hanya satu mobil damkar yang bisa berangkat karena air laut pasang dan menyulitkan penyeberangan.
Satu unit crane milik CV Kharisma yang mengerjakan proyek di Nusakambangan juga dikerahkan untuk membantu pemadaman. Hingga tadi malam polisi yang dikirim ke Nusakambangan masih berada di lokasi. Puluhan polisi juga berjaga-jaga di Dermaga Wijayapura.
Informasi yang dihimpun Radar Banyumas (Grup Radar Tasikmalaya), kerusuhan itu dipicu kekesalan dua napi kasus narkoba yang akan dipindah ke Lapas Batu terkait rencana eksekusi. Dua napi warga negara Nigeria bernama Samuel Iwachekwu Okaye dan Hansen Anthony Nwaolisa itu telah divonis mati dan segera dieksekusi pekan ini.
Kemarin siang beberapa petugas datang ke sel keduanya untuk mengurus kepindahan mereka ke Lapas Batu sebagai persiapan eksekusi. Rupanya napi di blok tersebut tak terima dan memprotes pemindahan itu. Mereka mengamuk dan membakar ruang KPLP, kamar dan ruang kunjungan tamu. Selain itu, mereka memadamkan saklar utama lampu penerang. Peristiwa itu, terjadi sekitar pukul 15.00.
Informasi lain menyebutkan, kedua napi itu kesal saat petugas meminta tanda tangan terkait proses eksekusi. Mereka mengamuk sehingga teman-temannya sesama napi berusaha keluar dari sel.
Dalam sekejap suasana menjadi ricuh. Sejumlah sumber menuturkan, napi yang berada di selnya keluar beramai-ramai sehingga sipir lapas kewalahan. Pada saat genting itulah, muncul kobaran api. Tapi, hingga tadi malam, polisi belum menyimpulkan asal api. Yang jelas, akibat kobaran api itu, sebagian ruangan hangus.
Beberapa saat kemudian, petugas lapas menghubungi Polres Cilacap untuk meminta bantuan. Selain itu, dua SSK Brimob dikirim ke lokasi. Mobil damkar Pemkab Cilacap juga diseberangkan. Situasi di sekitar Dermaga Wijayapura hingga berita ini dibuat masih terlihat tegang. Puluhan polisi berseragam dan berpakaian sipil masih berjaga-jaga.
Di lapas sendiri, situasi sudah bisa dikendalikan. Tapi, belum diperoleh informasi apakah ada napi yang keluar dari tembok penjara atau tidak.
Kapolwil Banyumas Kombespol Boy Salamuddin mengatakan belum mengetahui secara persis penyebab kerusuhan karena penyelidikan masih dilakukan. Hasil penyelidikan, katanya, sangat penting untuk mengetahui penyebab kerusuhan tersebut.
Namun, untuk sementara, ada dua penyebab kerusuhan itu. Pertama, aksi spontan para narapida. Kedua, ada kemungkinan aksi terorganisasi untuk menimbulkan situasi tidak kondusif. ”Penyebab kerusuhan masih dalam penyelidikan. Hal ini untuk memberikan kepastian, apakah aksi tersebut termasuk reaktif atau terorganisasi,” katanya.
Upaya pengamanan, kata Kapolwil, jajaran Polres Cilacap dan Kompi Brimob Banyumas telah berjaga-jaga di lokasi. Selain itu, dilakukan koordinasi lintas instansi yang melibatkan kejaksaan setempat. ”Upaya melokalisasi kejadian sudah dilakukan petugas di lapangan. Juga sudah dilakukan tindakan-tindakan preventif,” kata Boy. (din/ap11/jpnn/nw)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar