Sabtu, Januari 19, 2008

Supersemar yang Beredar Palsu

***Roy Suryo Beber Bukti
JOGJA - Roy Suryo kembali membuat gebrakan. Setelah menyoal teks asli lagu kebangsaan Indonesia Raya, pakar telematika itu kemarin membeber bukti bahwa naskah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang selama ini beredar adalah palsu.

Bertempat di Puro Pakualaman, Roy menyatakan, naskah asli Supersemar sempat ter-shoot di film Pengabdian tanpa Titik Akhir buatan 1966. Film itu didokumentasikan Kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dalam film selluloid yang diproduksi 2001. Dikatakan Roy, film tersebut saat ini bisa dilihat umum. ’’Dalam film selluloid asli milik ANRI sempat terekam peristiwa yang sangat bersejarah. Ketika tiga pejabat militer pembawa Supersemar yakni Amir Machmud, Basuki Rachmat, dan M. Jusuf pulang dari Istana Bogor membawa naskah Supersemar yang sempat terdokumentasikan sekilas,” jelas Roy.

Naskah Supersemar yang terdokumentasikan itu asli dan disebut Roy sebagai naskah D. Sedangkan naskah Supersemar yang selama ini beredar adalah palsu. Naskah yang beredar dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yakni naskah A, B, dan C.
’’Sampai saat ini tidak ada yang mengetahui di mana naskah Supersemar yang asli disimpan. Padahal, itu sangat penting sebagai tonggak pengalihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto,’’ katanya.

Ditambahkan, naskah Supersemar yang terdokumentasi di film selluloid ANRI adalah yang harus dicari saat ini. ’’Dalam film tersebut ditayangkan pidato kenegaraan terakhir Soekarno pada 17 Agustus 1966 yang menjelaskan makna Supersemar bukanlah peralihan kekuasaan,” tambah Roy.

Dalam pidato kenegaraan terakhirnya, Soekarno menegaskan, Supersemar hanya menyangkut pengamanan negara, pengamanan diri presiden, dan pelaksanaan ajaran presiden. ’’Sama sekali tidak mengatakan soal peralihan kekuasaan,” tegasnya.

Sedangkan jika dilihat secara fisik, terdapat perbedaan mencolok antara naskah Supersemar A, B, C dengan naskah D. Di antaranya perbedaan dari segi tanda tangan Soekarno, tata cara penulisan, spasi, atau jarak antarkalimat. ’’Ada juga perbedaan lain yang ini membutuhkan pencermatan dari sejarawan yang mau berbicara jujur, tegas, dan bertanggung jawab. Sebab, apa yang saya katakan berdasar bukti ilmiah yang tidak terbantahkan, karena sumber dan dokumennya jelas,” Katanya.

Menurut kerabat Puro Pakualaman itu, sebelum tokoh kunci Supersemar, yakni mantan Presiden Soeharto, wafat, sebaiknya kebenaran sejarah harus diungkap. Soeharto bisa dijadikan kunci untuk menemukan naskah Supersemar yang asli. ’’Masyarakat harus memahami bahwa setiap orang memiliki jasa dan juga kesalahan. Jangan hanya kesalahan Soeharto yang dimaafkan. Sejarah juga harus diluruskan. Keluarga Soeharto bisa menjelaskan kebenaran sejarah kepada masyarakat.” (lai/kim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar