**Akibat Harga Kedelai dan Minyak Naik
KOTA – Akibat harga kacang kedelai naik hingga 150 persen, para perajin tahu di Kabupaten Garut menurunkan produksinya rata-rata 50 persen. Hal itu diakui perajin tahu, Jajang di Kampung Pajagalan Kelurahan Sukamanteri Kecamatan Garut Kota.
Biasanya, pria berusia 47 tahun ini memproduksi tahu sekitar 160 kg per harinya. Saat ini hanya setengahnya atau 80 kg. Dari 80 kg kedelai dapat menghasilkan 2.400 potong tahu yang biasa dijual Rp400 per potong atau 3.200 potong dengan harga jual Rp300. Atau, 4.800 potong dengan harga jual Rp200.
Selama menekuni usaha pembuatan tahu, lanjut dia, baru kali ini kenaikan harga kedelai sampai membingungkan perajin. “Kalau dahulu kenaikan per kilo hanya mencapai seratus sampai dua ratus rupiah. Nah sekarang kenaikannya mencapai dua kali lipat lebih,” ujarnya kepada Radar, Selasa (15/1).
Menurut dia, dalam kondisi normal harga kedelai hanya Rp2.500/kg. Walaupun pada bulan September 2007 mencapai Rp3.000/kg. Nah, saat ini harga kedelai mencapai Rp7.600/kg (kedelai Argentina) dan Rp7.800/kg (kedelai Amerika Serikat).
Agar usahanya tetap berjalan, selain mengurangi jumlah produksi, ia terpaksa mengurangi ukuran tahu. “Dengan naiknya harga kedelai, terpaksa kami kurangi ukuran tahu. Kalau harga di pasaran ikut dinaikan kami khawatir ditinggal konsumen," imbuhnya.
Ketidakberdayaan para pengusaha tahu tersebut, menurut dia, bukan saja akibat naiknya harga kedelai. Melainkan harga bahan baku lain seperti minyak tanah maupun kayu bakar. Jika hal ini berlangsung lama, jelas Jajang, usahanya bisa gulung tikar. Karena dengan kenaikan harga kedelai saja, produksinya menurun drastis. Keuntungannya pun hanya cukup untuk menutup kebutuhan sehari-hari. “Jika harga kedelai tetap mahal bahkan terus naik, ini akan menjadi ancaman, kami bisa-bisa bangkrut," katanya.
Hal senada dilontarkan Lili. Kata dia, sekitar 100 perajin tahu rumahan di daerahnya terpaksa menurunkan jumlah produksinya. “Kami biasanya mengolah kedelai menjadi tahu mencapai setengah ton per hari. Akibat harga pada naik terpaksa produksi diturunkan sampai 50 persen," tandasnya.
Sementara Dedi Junaedi, perajin tahu asal Desa Suci Kecamatan Karangpawitan mengaku sudah lima hari terakhir menghentikan pembuatan tahu. Masalahnya, ia masih bingung dalam menentukan harga jual. “Tidak mungkin kalau menaikkan harga tahu di pasaran. Sebab tahu merupakan kebutuhan pokok bagi berbagai kalangan masyarakat. Jadi saya pilih berhenti produksi untuk sementara,” tukasnya. (one)
Rabu, Januari 16, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar