Jumat, Januari 18, 2008

Mahasiswa Tolak Kelompok Tua

***Datangi dan Tutup
Papan Nama KPU

TARKI – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Garut mendatangi kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Garut, kemarin. Mereka datang untuk menolak pencalonan dari status quo (kelompok tua) dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar yang akan berlangsung April 2008. Dalam aksinya, para aktivis melakukan orasi di Bundaran Simpang Lima Tarogong sambil membagikan pernyataan sikap.

Koordinator Lapangan (Korlap) Aksi Fatahillah dalam orasinya mengatakan selama dekade pemerintahan sekarang muncul permasalahan baik korupsi, kolusi dan nepotis (KKN). Di tahun 1999 terjadi korupsi --berdasarkan audit BPK-- hingga Rp224 miliar.

Kata dia, kasus korupsi yang melibatkan pejabat Provinsi Jawa Barat mencapai Rp9 miliar. Ditambah lagi dugaan kasus kavling-gate mencapai Rp33,4 miliar. “Hingga saat ini kasus-kasus tersebut belum bisa dibawa ke pengadilan,” tegasnya.
Pemerintah juga tidak berpihak pada masyarakat. Mereka lebih mementingkan atas kepentingan birokrasi. “Atas kondisi ini Jawa Barat ke depan dibutuhkan figur pemimpin yang visioner, berjiwa muda dan agresif agar dapat membawa perubahan terhadap Jawa Barat,” papar dia.

Ketua KAMMI Daerah Garut Wildan Nurfahmi menambahkan kondisi tersebut merupakan realitas yang terjadi di Jawa Barat. Untuk itu, KAMMI menutut untuk membersihkan generasi Orde Baru yang berwatak kriminal.

Saat aksi di kantor KPU, mahasiswa menuai kekecewaan. Sebab mereka tidak ada satu pun anggota KPU yang menemui mereka. Semua anggota KPU sedang melakukan sosialisasi pilgub di Pendopo bersama kepada desa dan camat se-Kabupaten Garut.
Mahasiswa sempat menunggu lama sambil melakukan orasi di depan KPU. Beberapa kali di antara mereka bergantian melakukan orasi. Seorang mahasiswa sempat meminta kepada koordinator lapangan untuk masuk paksa saja. Namun dicegah koordinator lapangan. “Kita lebih baik berdiri saja dan kita putuskan sampaikan surat terbuka ini atau tidak,” tandasnya.

Akhirnya, mereka menghentikan aksi karena tidak diterima KPU. Sebelum pulang mereka menghampiri papan nama KPU. “Lebih baik surat terbuka itu kita pasang di plang KPU dan kita pasang juga yang lainnya,” teriak korlap.

Mereka pun menutup papan nama KPU dengan poster yang berisikan penolakan terhadap status quo. Sehingga plang yang bertuliskan KPU Garut serta alamatnya tertutup surat terbuka dan poster. Para mahasiswa hanya menyisakan lambang KPU.
“Inilah kerja KPU, kami datang dengan baik-baik dan aksi kami belum pernah anarkis,” teriak seorang mahasiswa. Akhirnya mahasiswa membubarkan diri. (jam)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar