KOTA – Kenaikan harga kacang kedelai berdampak terhadap omzet para distributor kedelai di Kabupaten Garut. Toko Subur Jaya, misalnya, mencatatkan penurunan omzet kedelai hingga 60 persen.
Stephanus, pemilik toko Subur Jaya --salah satu distributor kacang kedelai di Kabupaten Garut-- mengaku setiap hari tokonya biasa menjual kedelai baik borongan maupun eceran mencapai dua ton. Setelah harga kacang kedelai naik, lanjut dia, saat ini omsetnya menurun drastis.
“Sebelum naik penjualan kita baik eceran maupun borongan mencapai dua ton per hari, namun saat ini kita hanya mempu menjual sutu ton sehari. Terkadang kurang dari satu ton,” tandasnya kepada Radar, kemarin.
Kata dia, penurunan omzet itu bukan akibat kurang stok, tapi berkurangnya konsumen. “Kalau stok kacang kedelai banyak, mau berapa pun ada. Masalahnya sekuarang pembelinya yang berkurang,” ucap dia.
Karena pembeli berkurang, ia pun mengurangi pembeli dari Jakarta. “Dulu sebelum adanya kenaikan hara saya membeli kacang kedelai ke Jakarta 15 ton per minggu. Kalau sekarang 15 ton itu dalam dua minggu, terkadang tidak habis,” tegas dia.
Selain kuran pembeli berkurang, Stephanus mengaku khawatir saat memesan barang terlalu banyak tiab-tiba terjadi penurunan harga. Jika begitu usaha yang kelola secara turun temurun selama puluhan tahun ini bisa rugi. “Sejak kakek saya berjualan kedelai baru kali ini mengalami kondisi seperti ini,” tuturnya.
Sebelum ada kenaikan harga, dirinya bisa meraup keuntungan sekitar Rp200 – Rp300 per kg. “Tapi sekarang dari 1 kg itu kita hanya memperoleh keuntungan Rp100. Kadang-kadang kurang,” sebutnya.
Stephanus mengaku sering menerima keluhan soal harga dari konsumen yang kebanyakan tukang tahu dan tempe. “Makanya banyak konsumen saya yang berhenti membeli kedelai,” tandas dia.
Dia berharap pemerintah mampu mencarikan solusi agar pengusaha tempe, tahu, kecap dan produk lain yang menggunakan bahan baku kedelai supaya tidak gulung tikar. “Terus terang saja, kita banyak menjual kacang kedelai dari Amerika dan Argantina dengan harga Rp7.600 dan Rp7.400 per kg. Paling banyak pembeli kedelai Argentina,” tandasnya.
Sebenarnya, menurut Stepanus, kacang kedelai lokal (Indonesia) lebih berkualitas. Sehingga, dulu tidak ada impor kacang kedelai dan selalu menggunakan kacang lokal. “Sejak ada KOPTI pemerintah jadi mengimpor kacang kedelai yang akibatnya seperti ini,” keluh dia. (jam)
Kamis, Januari 17, 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar